ilustrasi pemrograman komputer (pexels.com/luis gomes)
Laki-laki asal Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan ini menghadapi berbagai tantangan yang cukup sulit dalam kompetisi ini. Sebab membutuhkan analisis mendalam. Ia menuturkan, soal-soal dalam kompetisi menuntut peserta agar memikirkan cara mengubah input menjadi output yang sesuai.
Bahkan soal semakin menantang ketika peserta harus menerapkan berbagai aturan ke dalam pemecahan kode. Bentuk soalnya menggunakan pilihan ganda selama babak penyisihan. Sementara, babak finalnya berupa koding secara langsung selama tiga jam untuk menyelesaikan tujuh permasalahan.
“Satu soal yang saya ingat adalah harus membuat program untuk mengkonversi input berupa jumlah hari menjadi output dalam format tahun, bulan, minggu, dan hari,” ujarnya.
Dean melanjutkan, jika input-nya adalah 450 hari, maka hasilnya adalah satu tahun, dua bulan, tiga minggu, dan empat hari. Soal tersebut mengharuskan peserta menganalisis dan menghitung program konversi berdasarkan jumlah hari dalam setahun (365 hari), per bulan (30 hari), per minggu (7 hari), dan seterusnya.
Bagi Dean, pihak sekolah dan pembina sangat membantu selama berlatih untuk mengikuti kompetisi ini. Sekolah memberikan fasilitas seperti komputer dan jaringan internet, sementara pembina sering melakukan pembinaan dan pendampingan dalam mempelajari koding secara mendalam.