Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
98_hobi-coding-sejak-smp-dean-terbaik-lomba-programming-competition-yang-digelar-diskominfosanti-buleleng_2025-08-21-12-28-13.jpg
I Dewa Gede Agung Dean Putra Purwita, juara pertama Buleleng Programming Competition. (Dok.Pemkab Buleleng)

Buleleng, IDN Times - Kompetisi pemrograman dan koding bertajuk Buleleng Programming Competition dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia (RI) telah membuahkan hasil. Terselenggara sejak 12 Agustus 2025 lalu dengan total 49 orang peserta, I Dewa Gede Agung Dean Putra Purwita berhasil keluar sebagai juara pertama.

Dean, begitu sapaan karibnya, berhasil memenangkan kompetisi ini setelah berjuang di babak penyisihan dengan 10 peserta. Bagaimana kisah perjuangan Dean berhasil menjuarai kompetisi koding ini? Apa rahasianya hingga berhasil menyisihkan siswa SMA dan SMK se-Kabupaten Buleleng? Baca selengkapnya di bawah ini ya.

1. Dean hobi ngoding dan pemrograman sejak SMP

Ilustrasi pemrograman (unsplash.com/@disruptxn)

Dean menuturkan, dunia pemrograman dan koding telah menjadi hobinya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama  (SMP). Kala itu, Dean membuat permainan (game) menggunakan pemrograman sederhana. Hobi itu membuat Dean bertekad memperdalam ilmunya di Jurusan Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi (TJKT) SMK Negeri Bali Mandara. Laki-laki kelas 10 SMK ini mengatakan, hobi ngoding sejak SMP jadi modalnya menyelami dunia teknologi secara mendalam.

Persiapan Dean untuk mengikuti kompetisi ini mencakup berbagai aspek utama dalam dunia pemrograman. Langkah pertama, Dean fokus mempelajari computational thinking sebagai ilmu dasar dalam pemrograman. Remaja berusia 15 tahun ini mengatakan, pemikiran komputasional ini memuat pembelajaran tentang abstraksi, pengenalan pola, dan penyusunan algoritma. 

“Selain itu, saya juga mempelajari dasar-dasar pemrograman serta sintaks-sintaks yang sering digunakan. Saya juga mendalami terkait algoritma umum seperti pencarian bilangan Fibonacci yang biasa ditemukan dalam pemrograman,” kata Dean dalam rilis yang diterima IDN Times, Sabtu (24/8/2025).

2. Ada berbagai soal menantang dan menguji kemampuan pemrograman dasar

ilustrasi pemrograman komputer (pexels.com/luis gomes)

Laki-laki asal Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan ini menghadapi berbagai tantangan yang cukup sulit dalam kompetisi ini. Sebab membutuhkan analisis mendalam. Ia menuturkan, soal-soal dalam kompetisi menuntut peserta agar memikirkan cara mengubah input menjadi output yang sesuai.

Bahkan soal semakin menantang ketika peserta harus menerapkan berbagai aturan ke dalam pemecahan kode. Bentuk soalnya menggunakan pilihan ganda selama babak penyisihan. Sementara, babak finalnya berupa koding secara langsung selama tiga jam untuk menyelesaikan tujuh permasalahan.

“Satu soal yang saya ingat adalah harus membuat program untuk mengkonversi input berupa jumlah hari menjadi output dalam format tahun, bulan, minggu, dan hari,” ujarnya.

Dean melanjutkan, jika input-nya adalah 450 hari, maka hasilnya adalah satu tahun, dua bulan, tiga minggu, dan empat hari. Soal tersebut mengharuskan peserta menganalisis dan menghitung program konversi berdasarkan jumlah hari dalam setahun (365 hari), per bulan (30 hari), per minggu (7 hari), dan seterusnya.

Bagi Dean, pihak sekolah dan pembina sangat membantu selama berlatih untuk mengikuti kompetisi ini. Sekolah memberikan fasilitas seperti komputer dan jaringan internet, sementara pembina sering melakukan pembinaan dan pendampingan dalam mempelajari koding secara mendalam. 

3. Minat koding masih minim, Dean berharap bisa gabung komunitas setelah sekolah

ilustrasi komunitas (freepik.com/katemangostar)

Menurut Dean, minat siswa sekolah terhadap pemrograman masih jarang. Meski demikian, melalui lomba ini Dean sadar bahwa ada banyak talenta di Buleleng dengan kemampuan di bidang pemrograman. Dean mengaku, saat ini dirinya belum bergabung ke komunitas koding dan semacamnya karena status karantina di sekolah.

Satu sisi, Dean tetap optimis akan lebih banyak kesempatan untuk bertemu orang-orang dengan minat serupa setelah karantina selesai.

“Di daerah seperti Buleleng, masih banyak bakat-bakat terpendam di bidang pemrograman yang perlu wadah untuk berkembang melalui kompetisi semacam ini,” katanya.

Sementara, Kepala Sekolah SMK Bali Mandara, Ketut Susila Widiarsana, mengatakan anak didiknya terlihat memiliki potensi dan bakat di bidang pemrograman. Sehingga pihaknya berupaya memfasilitasi secara perangkat dan pembina untuk mengembangkan talenta siswa. Ia mengapresiasi atas kerja keras Dean dan siswa lainnya yang telah berusaha mengasah bakat dengan giat.

“Di dunia programmer atau dunia coding dan IoT (internet of things) sangat dinamis perkembangannya. Tentu kami akan terus men-support agar siswa kami terus berprestasi,” ujar Susila.

Editorial Team