Selidiki Kasus Gagal Ginjal Anak, Dinkes Bali Awasi Peredaran Obat

Denpasar, IDN Times – Munculnya kasus gangguan ginjal yang dialami sejumlah anak di Indonesia saat ini membuat masyarakat mulai waspada. Kasus gagal ginjal tersebut meningkat pada dua bulan terakhir. Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terdapat 35 kasus pada Agustus 2022. Kemudian, melonjak menjadi 71 kasus di bulan September 2022.
Penyebab pasti kasus gangguan ginjal akut ini belum diketahui. Namun dugaan awal, kasus ini dipicu oleh konsumsi obat sirup yang mengandung Dietilen Glikol (DG) dan Etilen Glikol (EG).
Etilen glikol adalah senyawa organik tak berwarna maupun berbau dan berkonsistensi kental seperti sirup pada suhu kamar. Senyawa ini memiliki rasa yang manis dan kerap digunakan untuk tambahan serat pada polyester, minyak rem, kosmetik, dan pelumas.
1.Gangguan ginjal menyebabkan kematian, ada 11 pasien anak di Bali meninggal dunia

Hingga 18 Oktober 2022, Kementerian Kesehatan RI telah mencatat sebanyak 206 anak di 20 provinsi mengalami gagal ginjal akut. Total ada 99 anak meninggal dunia yang diduga akibat menggunakan obat sirup. Selain itu, BPOM juga telah menarik 5 merek paracetamol sirup dari peredaran, di antaranya Termorex Sirup (demam), Flurin DMP Sirup (batuk dan flu), Unibebi Cough Sirup (batuk dan flu), Unibebi Demam Sirup (demam), Unibebi Demam Drops (demam).
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali, dr IGN Sanjaya Putra, mengungkapkan bahwa sebanyak 11 pasien anak dari 17 orang yang dirawat di RSUP Prof Ngoreah meninggal dunia. Pada kasus meninggal dunia, ia menyebutkan bahwa pasien anak datang ke rumah sakit saat kondisi fungsi ginjal yang sangat terminal atau gagal ginjal akut. Kasus terbanyak terjadi di Kota Denpasar.
2.Provinsi Bali telah mengirim sampel untuk dilakukan uji sequencing

Dokter IGN Sanjaya Putra mengungkapkan bahwa Provinsi Bali telah mengirimkan 17 sampel dari pasien anak tersebut ke Jakarta. Sampel ini memang diambil sejak munculnya penyakit ini dari pasien yang dirawat di RSUP Prof Ngoerah, kemudian disimpan dalam suhu tertentu, yakni saat diduga gangguan ginjal ini ada kaitannya dengan penyakit Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C).
“Kami lakukan penyimpanan (sampel) yang kami curigai. Ini sudah dikirim semua, belum ada (hasil) sampai sekarang ya. Meta genomic sequencing dan lain-lain itu belum ada hasilnya. Itu yang juga perlu kami tunggu,” ungkapnya.
3.Dinas Kesehatan Provinsi Bali lakukan surveillance dan minta masyarakat waspada

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom, pada Jumat (21/10/2022), mengungkapkan sebaran 17 kasus gangguan ginjal misterius ini di antaranya 2 kasus dari luar Bali yakni rujukan dari Nusa Tenggara Barat (NTB) pada bulan September lalu. Dua pasien ini dinyatakan meninggal dunia. Kemudian masing-masing satu pasien dari Kabupaten Bangli, Klungkung, dan Gianyar. Sisanya dari Kota Denpasar.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali melakukan surveillance kasus ini di Bali. Ada tim khusus dari bagian penyakit menular. Tim ini akan bergerak ke masyarakat melakukan survey. Tim ini merupakan kolaborasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota yang sudah berjalan sejak kasus merebak.
“Sekarang dari Kemenkes sudah menugaskan kami ya untuk melakukan surveillance ke masing-masing kota. Untuk yang anak sakit, yang minum obat, apa saja kita lakukan. Untuk mendata, di luar 17 (pasien anak gangguan ginjal di Bali), ada nggak (pasien lain),” ungkapnya.
Gede Anom mengungkapkan saat ini akan mensosialisasikan ke masyarakat, khususnya yang memiliki balita bergejala batuk, pilek, atau diiringi dengan frekuensi buang air kecil yang berkurang, agar segera memeriksakan diri ke rumah sakit. Sementara itu ia mengimbau agar dokter-dokter untuk sementara waktu tidak meresepkan obat-obat terkait (yang ditarik dari pasaran) atau sirup kepada pasiennya.
“Ini sudah gencar sekali. Gencar sekali. Apotek juga kami sarankan, jangan dulu jual. Sementara waktu saja. Bukan dilarang, bukan. Untuk sementara waktu jangan dulu, nunggu proses penelitiannya,” jelasnya.
Dengan kewaspadaan bersama ini, pihaknya berharap kasus penyakit ginjal misterius di Bali ini berhenti di angka 17 pasien anak. Dalam upaya pengawasan ini, ia bekerja sama dengan BPOM kabupaten/kota.
4.Aparat kepolisian ikut awasi obat yang ditarik BPOM

Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol Satake Bayu, menginstruksikan kepada seluruh Kasi Humas jajaran wilayah hukum Polda Bali untuk memberikan imbauan dan informasi yang mudah dipahami oleh masyarakat terkait penggunaan obat sirup yang mengandung zat berbahaya untuk anak-anak. Hal ini disampaikan pada Jumat (21/10/2022). Terutama peran Bhabinkamtibmas pada masing-masing wilayah karena mereka yang langsung terjun dan berintraksi dengan masyarakat.
Selain itu, juga memberi imbauan kepada seluruh apotek, klinik, rumah sakit, dan praktik mandiri tenaga kesehatan untuk tidak menjual maupun menggunakan obat yang dimaksud. Kepada masyarakat Bali, diminta tidak membeli atau mengonsumsi obat yang tidak direkomendasikan oleh IDAI. Sebagai upaya preventif, pihak kepolisian mengawasi penjualan obat yang ada di apotek maupun toko obat dan rumah sakit anak di Bali.
“Saya imbau kepada seluruh masyarakat Bali yang memiliki anak-anak, agar tidak mengonsumsi obat yang tidak direkomendasikan oleh IDAI. Kami jajaran Polda Bali akan mengawasi dan memantau penjualan obat pada apotek maupun toko obat di Bali,” ucapnya.