Denpasar, IDN Times - Masih segar dalam ingatan warga di Bali ketika mengalami blackout atau mati listrik total pada Jumat lalu, 2 Mei 2025. Aktivitas warga berhenti, toko makanan tanpa genset memasang tarif diskon agar produk segera laku dan tidak rusak. Selama hampir 12 jam menanti, listrik berhasil menyala lagi.
Ada berbagai penyebab yang saling picu blackout kala itu. Seperti gangguan sistem kelistrikan yang memasok Bali. Gangguan tersebut mengarah pada kondisi pembangkit di Pulau Jawa yang memasok Bali maupun interkoneksi Jawa-Bali. Termasuk adanya gangguan pada kabel bawah laut transmisi listrik dari Jawa ke Bali.
Momentum blackout itu menggali sederet pekerjaan rumah Bali dalam memenuhi pasokan energi listriknya. Menjawab hal itu, Institute for Essential Services Reform (IESR) meluncurkan Laporan Peta Jalan Ketenagalistrikan Bali Net Zero Emission (NZE) 2045 pada Selasa, 15 Juli 2025.
Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Putra Sisdwinugraha, mengatakan Bali masih bergantung pada sumber energi listrik dari bahan bakar fosil dan impor listrik dari Jawa dengan kapasitas 340 megawatt (MW).
“Jadi kita tahu bahwa Bali masih ada impor listrik dari Pulau Jawa. Sehingga bagaimana mengurangi ketergantungan tersebut dengan memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan yang ada di Pulau Bali,” kata Alvin kepada awak media di Prime Plaza Hotel Sanur pada Selasa, 15 Juli 2025.