Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Astaga, Sampah Plastik Kiriman di Pantai Kedonganan Capai 250 Ton

IDN Times/ Imam Rosidin

Badung, IDN Times - Sampah plastik yang terhampar di sebagian besar pantai di sisi barat Kabupaten Badung menghiasi berbagai akun media sosial (Medsos) di Bali dalam beberapa hari terakhir.

Selain merusak lingkungan, sampah plastik ini juga merusak pemandangan pantai yang menjadi andalan pariwisata di Bali. Apakah sampah-sampah yang viral di medsos itu benar-benar ada? Berikut ini hasil penelusurannya:

1. Terparah dalam 10 tahun terakhir

IDN Times/Imam Rosidin

Sampah tersebut memang benar adanya. Lokasinya berada di Pantai Kedonganan, Badung. Dari catatan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung, sampah kali ini tergolong yang terparah dalam 10 tahun terakhir. Sebab sampah plastik yang ada di Kedonganan ini diperkirakan mencapai 250 ton per hari.

Kepala DLHK Badung, I Putu Eka Merthawan, mengatakan munculnya sampah kiriman ini karena cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Gelombang tinggi dan angin barat membawa sampah dalam jumlah banyak dengan berbagai jenis, seperti sampah ranting, pohon ukuran besar, kelapa hingga plastik.

"Kami masih melakukan evakuasi sampah yang tersebar di Pantai Kuta yang didominasi sampah pohon dan kelapa. Namun secara bersamaan dalam kurun waktu lima hari terakhir, Pantai Kedonganan juga terdampak sampah plastik," katanya.

2. Pernah terjadi tiga tahun yang lalu

IDN Times/Imam Rosidin

Ia menjelaskan, pada musim hujan sampah yang menumpuk di Pantai Kedonganan diperkirakan mencapai 50 ton per harinya. Namun saat ini sudah mencapai 250 ton dalam sehari.

Ia mengungkapkan, kejadian ini pernah terjadi tiga tahun lalu, di mana sampah yang didominasi oleh plastik itu mencapai 150 ton per harinya.

Pihaknya telah mengerahkan kekuatan penuh untuk mengevakuasi sampah-sampah tersebut. Bahkan untuk membersihkan sampah yang ada di bibir pantai, pihaknya bekerja dari subuh. Sebab saat subuh itu diperkirakan tidak ada gelombang yang menarik kembali sampah-sampah itu ke laut.

"Senin (28/1) ini, kami akan kerahkan tim beserta alat berat untuk mengevakuasi sampah-sampah itu," ucapnya.

3. 80 persen sampah dari daratan

Potret tumpukan sampah di Pantai Kuta yang diambil oleh IDN Times pada 22 Januari 2018. (IDN Times/Imam Rosidin)

Sementara itu, Dr I Gede Hendrawan Peneliti dari Centre of Remote Sensing and Ocean Sciences, Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, mengatakan sampah-sampah di pesisir barat Bali ini terus terjadi sejak bulan Desember 2018 hingga Januari dan Februari 2019, akibat puncak musim barat dan sistem pola arus yang ada di Selat Bali.

Dari survei yang dilakukannya pada tahun 2014 lalu dan dikembangkan dengan sistem arus di Selat Bali, sampah-sampah dari Selat Bali sebagian besar akan menuju daerah Legian, Kedonganan, Kuta dan sekitarnya. Menurutnya, hal ini jadi konsekuensi dari garis laut yang ada di Selat Bali.

"Ini akan terus terjadi dan pola arus tak akan berubah. Kalau pola angin tak berubah, pasti Kuta dapat banyak sampah ini," ucapnya.

Dari hasil penelitiannya juga, sampah baik plastik maupun organik hampir 80 persen sumbernya berasal dari darat. Sampah-sampah tersebut berasal dari sungai-sungai yang ada di Bali dan Jawa bagian Timur.

Mirisnya, sungai-sungai ini digunakan masyarakat sebagai tempat sampah. Jadi saat hujan pertama datang, seluruh sampah yang ada di sungai ini tersapu dan menuju ke laut.

"Kemudian pada Desember, angin semakin keras menuju ke timur dan dari barat. Ini yang akan membawa sampah itu dari perairan Banyuwangi ke Utara dan akan berbelok menyusuri pesisir Bali menuju ke Kuta," jelasnya.

Ia mengatakan, sampah-sampah ini tak hanya di pantai-pantai Badung Selatan, tapi hampir merata di seluruh pesisir Bali.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
Imam Rosidin
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us