Pexels/Oleksandr Pidvalnyi
Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Bali, Ketut Ardana, saat ditemui di kantornya mengatakan praktik wisata semacam ini sangat merugikan. Ia menjelaskan bagaimana cara kerja praktik ini.
Alur yang terjadi adalah travel agen lokal di Bali memiliki partner agen di luar, dalam hal ini Cina.
Agen yang di Tiongkok inilah yang menjual produk paket wisata murah. Ketika mereka berhasil menjual paket wisata kepada konsumennya di Cina, kemudian bekerja sama dengan travel lokal.
"Yang lokal tinggal menjalankan program yang diperintahkan dari pihak travel Cina," katanya, belum lama ini.
Menurutnya, praktik ini membuat para wisatawan tidak bisa menikmati alam Bali, dan hanya diajak berbelanja di toko-toko. Praktik tersebutlah yang membuat tidak sehat. Kenapa?
Karena toko-toko itu yang akan menyubsidi biaya tur dengan cara menjual mahal barangnya. Barangnya juga bukan produksi lokal, dan diduga berasal dari Cina.
Ia menambahkan, paket wisata paling murah ke Bali yang dibeli oleh wisatawan asal Tiongkok adalah seharga Rp600 ribu. Paket tersebut sudah termasuk tiket pesawat pergi-pulang (PP), hotel selama empat malam, guide, makan, transportasi, dan satu tiket ke tempat wisata.
"Ini sangat tidak masuk akal," katanya.
Padahal untuk normalnya saja, harga paling murah paket wisata Tiongkok-Bali adalah Rp7-8 juta untuk lima hari empat malam. Perkiraan rinciannya:
- Tiket PP Cina-Bali: antara Rp4-5 juta
- Hotel bintang tiga: sekitar Rp200 ribu x 4 malam= Rp800 ribu
- Transportasi: Rp250 ribu per orang selama di Bali
- Makan: minimal Rp60 ribu per orang x 2 (Siang dan malam) x 4 hari = Rp480 ribu
- Tiket masuk objek wisata: Rp60 ribu.
"Belum guide fee-nya (Upah pemandu wisata). Jika kita bisnis normal, harga dasar lima hari empat malam, paling murah itu Rp7-8 juta," jelasnya.