Potret GWK Cultural Park (instagram.com/gwkbali)
Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bali, I Made Dharma Suteja, mengungkapkan peserta BBM merupakan para guru sanggar dan sekolah dari berbagai daerah di Provinsi Bali. Para peserta di antaranya dari SMKN 3 Sukawati, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Sanggar Tari Puja Saraswati Klungkung, Sanggar Seni Kebo Iwa Badung, dan lainnya.
Mengapa dipilih kedua tarian tersebut? Menurutnya Tari legong dan Joged adalah dua tarian yang menjadi bagian penting dari seni pertunjukan di Bali. Seiring berkembangnya zaman, kedua tarian yang tersebut menunjukkan arah perkembangan yang berbeda.
Tari legong dikenal sebagai sebuah kesenian klasik. Tarian yang gerakannya luwes dan dinamis serta diikat oleh musik iringan. Tarian ini diiringi oleh gamelan palegongan yang melankolis dan dinamis disertai dengan narasi vokal (tandak). Para penari Legong umumnya menggunakan busana gelungan pepusungan dan pepudakan serta membawa kipas.
Sementara Tari Joged menjadi seni hiburan rakyat dan ajang pergaulan yang justru sering kali ditampilkan bernuansa erotis, bebas, hingga vulgar. Kecuali Joged Pingitan yang diikuti musik iringan, mulai dari gamelan granting, rindik, hingga gamelan jegog.