Tabanan, IDN Times - Ditutupnya bangunan usaha di Daya Tarik wisata (DTW) Jatiluwih oleh Panitia Khusus (Pansus) Tata Ruang, Aset, dan Perizinan (TRAP) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali beberapa waktu lalu membangkitkan protes dari para petani di Jatiluwih, Kabupaten Tabanan. Selama dua hari berturut-turut, yaitu pada Kamis (4/12/2025) dan Jumat (5/12/2025), petani di Jatiluwih memasang seng beserta pagar dari plastik di seputaran lahan sawahnya.
Sworang petani di Jatiluwih, Nengah Darmika Yasa, memasang seng dan plastik sebagai upayanya untuk menyelamatkan lahan sawah di Jatiluwih yang menjadi warisan budaya dunia. Menurutnya, pariwisata ibarat seperti gula yang mendatangkan semut. Petani tentu ingin mendapatkan sedikit rejeki dari kunjungan wisatawan.
Namun karena hal tersebut dianggap merusak, maka akan lebih baik jika wisatawannya tidak usah datang sekalian.
"Selama ini kami petani yang menjaga lahan ini. Petani selama ini selalu jadi penonton di pariwisata. Ketika memiliki usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, dibilang kami ini perusak," ujarnya, Jumat (5/12/2025).
