10 Potret Suasana Jelang Perayaan Imlek di Kongco Dwipayana Denpasar

Denpasar, IDN Times – Menyambut Tahun Baru Imlek 2572 Kongzili yang jatuh pada 12 Februari 2021 mendatang, Perhimpunan Tempat Ibadah Tridharma se-Indonesia, Griya Kongco Dwipayana di Tanah Kilap, Denpasar menggelar kegiatan pembersihan arca-arca, patung dewa, hingga gedong, pada Sabtu (6/2/2021).
Menurut keterangan pamucuk (koordinator) Kongco, Ida Bagus Adnyana yang ditemui di lokasi, sebelum perayaan imlek, terlebih dahulu dilakukan persembahyangan mengantarkan Dewa ke langit. Upacara itu telah dilakukan pada Jumat (5/2/2021) kemarin.
“Jadi pengayah-pengayah (relawan), dan ada prosedur juga. Jadi tidak sembarang orang yang bisa melaksanakan. Karena ini simbol-simbol yang disucikan,” jelasnya.
Nantinya, dalam pelaksanaan persembahyangan, akan disesuaikan dengan prosedur protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, memakai masker, dan mengukur suhu tubuh. Ia menegaskan, tidak perlu melakukan pembatasan karena sifat sembahyang di Kongco ini datang dan pergi. Masing-masing orang diperkirakan akan memerlukan waktu 20 menit untuk sembahyang.
“Jadi sifatnya tidak menunggu. Mereka selesai, pergi. Datang pergi. Datang pergi gitu. Jadi tidak sampai berkerumun,” ungkapnya.
Berikut ini beberapa potret suasana jelang perayaan Imlek di Kongco Dwipayana Denpasar.
1. Pengayah naik pagoda membawa ember dan kain lap untuk melakukan pembersihan
2. Sebagian pengayah membersihkan sarana persembahyangan di luar Kongco
3. Pengayah juga mengelap kaca di ruang Sang 7 Dewi
4. Walaupun gerimis, para pengayah tetap semangat melakukan persiapan
5. Sejumlah Patung Dewa yang bersemayam di Kongco dan siap untuk dibersihkan
6. Kacang raksasa dibersihkan menggunakan air biasa dan air bunga
7. Salah satu simbol yang disucikan terbungkus kain merah
8. Prasarana persembahyangan juga dibersihkan oleh pengayah
9. Pengayah menyungsung simbol yang disucikan
10. Pengayah sedang membersihkan tempat lilin
Ida Bagus Adnyana menegaskan bahwa persembahyangan saat pandemik ini tidak ada bedanya seperti sebelum pandemik.
“Yang pasti, terjadi penurunan juga ya. Jadi tetap ada orang sembahyang, tapi tidak seperti biasanya. (biasanya) Ratusan. Sejak pandemik ya maksimum kalau dihitung-hitung itu ya sampai sih seratus. Tapi kan bertahap,” jelasnya.