Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Potensi Fotografer Perempuan Indonesia Masih Sekadar Hobi

Nuanu
FOTO Bali Festival di Nuanu bertema LIFE diikuti fotografer dari 10 negara (IDN Times/Ayu Afria)

Tabanan, IDN Times - Geliat fotografer muda saat ini dipermudah oleh teknologi. Hal tersebut diungkap oleh Tim Kuratorial FOTO Bali Festival, Ng Swan Ti, belum lama ini. Dari pengamatannya, antusias fotografer muda Indonesia dalam mengikuti pameran jauh lebih lintas batas. Hal ini juga didukung oleh kemajuan teknologi dan semkain terbukanya akses internet. Misalnya dalam pameran FOTO Bali Festival, tercatat minat fotografer muda lumayan tinggi. Hal ini terbukti dari jumlah submission yang banyak melebihi target, dan mereka berasal dari 10 negara.

"Mereka jadi lebih mudah terkoneksi dengan praktisi-praktisi fotografi di regional, terus juga di global. Jadi semakin ada pertemuan dan interaksi gitu masing-masing praktisinya," ungkapnya.

1. Potensi fotografer perempuan Indonesia masih sekadar hobi

ilustrasi fotografer (pexels.com/David Bartus)
ilustrasi fotografer (pexels.com/David Bartus)

Swan Ti termasuk fotografer perempuan Indonesia. Ia merespon keberadaan fotografer perempuan yang diungkapnya berpotensi untuk dikembangkan. Namun kebanyakan mereka hanya melakoni sebagai hobi saja, bukan mengarah ke skill profesional.

"Peminatannya tinggi sebetulnya, mulai dari hobi itu tinggi. Tapi yang kemudian menjadi intens dan menjadi profesional itu tidak setinggi peminatan untuk memasuki dunia industri," terangnya.

Oleh karenanya, ia mendorong agar para fotografer perempuan tetap berkarya karena kesempatan itu kadang-kadang datang tanpa direncanakan. Juga perlunya mengembangkan dan membangun jejaring dengan para praktisi lainnya.

2. Editing dalam karya fotografi, apakah boleh?

Ilustrasi wanita sebagai fotografer (freepik.com/freepik)
Ilustrasi fotografer (freepik.com/freepik)

Terkait dengan editing fotografi, menurut Swan Ti sah-sah saja tergantung dari tujuan pengambilan objek dalam pemotretan itu sendiri. Namun konsep ini berbeda dengan foto-foto yang berbasis jurnalistik atau documentary photography yang terikat code of conduct, yang tidak merekonstruksi peristiwa dan tidak digital imaging.

"Itu berbeda tujuannya ya, masing-masing untuk fungsinya apa. Ketika kita berkarya untuk jurnalistik, tentunya code of conduct foto jurnalistik itu ada," ungkapnya.

Sedangkan foto-foto untuk tujuan dipamerkan di FOTO Bali Festival kali ini misalnya, memang bertujuan untuk mempromosikan cerita visual dan bisa juga dilakukan menggunakan Artificial Intelligence (AI). Namun, hal yang harus diperhatikan adaah pemberian keterangan bagaimana proses karya tersebut dihasilkan.

3. Pameran fotografi berpotensi dilakukan secara global

Nuanu
FOTO Bali Festival di Nuanu bertema LIFE diikuti fotografer dari 10 negara (IDN Times/Ayu Afria)

Direktur Festival FOTO Bali Festival 2025, Kelsang Dolma, mengatakan penyelenggaraan pameran bertujuan untuk memperluas wawasan, mendobrak batasan seni fotografi, dan menyampaikan nilai-nilai edukatif kepada publik, khususnya dalam ranah seni visual dan fotografi. Hal tersebut merupakan sebuah inisiatif festival fotografi internasional edisi perdananya dengan menampilkan berbagai program, seperti pameran fotografi, lokakarya, diskusi, serta presentasi karya dari para seniman dan fotografer lintas negara.

"Festival ini akan menampilkan karya dari 34 seniman dari 10 negara," terangnya.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us