Potensi Buah Sentul di Hutan Bali Barat Belum Maksimal
Jembrana, IDN Times – Hutan Bali Barat memiliki sekitar 160 spesies hewan (fauna) dan tumbuhan (flora) yang dilindungi. Beberapa flora di antaranya Buni, Jambu, Durian, Juwet, Sawo, dan Sentul. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Bali Barat, Agus Sugianto, mengungkapkan potensi Buah Sentul hingga saat ini belum terlihat.
“Sementara belum pernah invent Buah Sentul. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)-nya Porang, Kopi, Kakao, Pala, Durian, Manggis, Alpukat, Criring atau Langsat, Kepundung, Vanila, Kemiri, Pangi,” ungkapnya.
Nah, apakah Buah Sentul memiliki manfaat dan bisa di maka? Dilansir Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataran Volume 4 Nomor 2 Desember 2016, Buah Sentul atau dalam bahasa latin Sandoricum koetjape Merr dikenal sebagai buah kecapi yang berasal dari Indocina dan Semenanjung Malaya.
Buah tersebut mengandung senyawa fenolik dan alkaloid. Menurut jurnal tersebut, manfaat senyawa fenolik itu cukup besar, yakni sebagai senyawa antioksidan. Senyawa fenolik dan ekstrak buah-buahan dilaporkan memiliki efek positif terhadap pencegahan kanker, penyakit kardiovascular, sistem kekebalan tubuh, infeksi mikroba, penyakit neurogeneratif, dan infeksi virus atau peradangan.
Sementara itu daun, batang, hingga akar Pohon Sentul mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol. Secara tradisional, serbuk kulit batangnya berkhasiat sebagai pengobatan cacing gelang. Akar dan daunnya berkhasiat sebagai obat keputihan, obat mulas, obat batuk, penurun demam, obat kembung, sakit perut, diare, dan untuk penguat tubuh perempuan setelah melahirkan.
Sedangkan senyawa bioaktif antibakteri hasil ekstrak daunnya dapat menghambat pertumbuhan bakteri Micrococcus luteus dan Eschericia coli. Selain itu juga ditemukan dua jenis senyawa limonoid baru, yaitu Sandoricin dan 6-hydroxysandoricin yang berfungsi sebagai antifidan (antifeedant) dalam ekstrak biji buah Sentul.
