Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
garis polisi
ilustrasi garis polisi (unsplash.com/David von Diemar)

Intinya sih...

  • Jenazah korban ditemukan setelah meninggal lebih dari sehari

  • Korban meninggal karena luka serius di leher dan wajah

  • Kekerasan yang dialami korban diduga dilakukan oleh lebih dari satu orang

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Denpasar, IDN Times - I Wayan Sedhana (54) ditemukan meninggal dunia di Subak Tenggaling, Banjar Puseh, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, pada Sabtu (25/10/2025). Korban yang diketahui merupakan warga Banjar Tengah Bonbiyu, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, bekerja sebagai mandor di proyek saluran irigasi.

Kasi Humas Polres Gianyar, Ipda I Gusti Ngurah Suardita, mengatakan sejumlah saksi telah dimintai keterangan terkait kasus ini. "Sudah ada yang diminta keterangan dari yang melihat di TKP. (Keterangan) keluarga saat ini masih terus dikembangkan di lapangan," terangnya, Senin (27/10/2025).

Tim Satuan Reserse Kriminal Polres Gianyar bersama Polsek Tampaksiring masih menyelidiki dugaan penyebab kematian korban. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan luka robek pada bagian leher.

"Untuk motif masih dilakukan pendalaman dan proses penyelidikan di lapangan," ujarnya.

1. Sudah meninggal lebih sehari sebelum jenazah ditemukan

Evakuasi korban pembunuhan, I Wayan Sedhana di Gianyar(Dok.IDN Times/istimewa)

Ketua KSM Kedokteran Forensik RSUP Prof. I.G.N.G Ngoerah, dr. Ida Bagus Putu Alit, mengatakan jenazah korban diterima pada Sabtu (25/10/2025) pukul 16.45 Wita dan langsung dilakukan pemeriksaan luar.

"Berdasarkan permintaan dari Polres Gianyar kami melakukan autopsi pada tanggal 27 Oktober 2025 pada jam 10.25 Wita," terangnya.

Dari hasil pemeriksaan, jenazah korban diketahui sudah mengalami pembusukan akibat suhu panas dan kondisi lingkungan tempat ditemukan. Perkiraan waktu kematian korban antara 24 hingga 36 jam sebelum pemeriksaan dilakukan pada 25 Oktober 2025.

"Kami menemukan adanya kekerasan tumpul dan kekerasan tajam," jelas Ida Bagus.

2. Korban meninggal karena luka serius di bagian leher

Ilustrasi mayat (Foto: IDN Times)

Lebih lanjut, hasil pemeriksaan Instalasi Kedokteran Forensik menemukan total 16 luka pada tubuh korban, dengan sebagian besar berada di area wajah dan leher. Luka di wajah ditemukan di sekitar mulut dan hidung, disertai memar yang mengindikasikan adanya peristiwa pembekapan. Sementara itu, luka terdalam berada di bagian leher korban. Luka tersebut menyebabkan terputusnya saluran napas bagian atas serta dua pembuluh darah besar di sisi kiri dan kanan leher.

"Ada dua pembuluh darah besar di sana. Dan luka tersebut sampai mengiris tulang leher yang nomor dua. Jadi sebab kematiannya memang adanya kekerasan tajam di leher tersebut," tutur Ida Bagus.

3. Kekerasan yang dialami korban lebih dari sekali

Kamar Jenazah di RSUP Prof. I.G.N.G. Ngoerah, Denpasar (IDN Times/Ayu Afria)

Dari pola luka yang ditemukan, tim forensik menduga korban sempat dipegang oleh lebih dari satu orang. Sementara luka pada bagian leher menunjukkan adanya sedikitnya dua kali tindakan kekerasan.

"Luka iris. Dari gambaran lukanya itu dilakukan dari kanan," lanjut Ida.

Posisi korban saat kejadian dipastikan berada di bawah, karena hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda aspirasi atau masuknya darah ke saluran napas.

Editorial Team