Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pertanian di Bali Melejit saat Pandemik, Sekarang Gimana Ya?

Para petani memanen semangka. (IDN Times/Yuko Utami)

Gianyar, IDN Times - Masih segar dalam ingatan masyarakat Bali, pandemik COVID-19 menghantam industri pariwisata. Pekerja pariwisata dirumahkan dan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat, ada fenomena migrasi tenaga kerja selama COVID-19 menerjang pariwisata Bali. Pada tahun 2020, serapan tenaga kerja di sektor pertanian mengalami peningkatan menjadi 22,51 persen dan 21,90 persen pada tahun 2021. 

Menurut Survei Angkatan Kerja, sektor pertanian di Bali menjadi kontributor terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, setelah lapangan usaha perdagangan. Sebelum adanya peningkatan pesat jumlah tenaga kerja di sektor pertanian saat COVID-19, dalam kurun waktu 2018-2023, serapan tenaga kerja di sektor pertanian berkisar 20 persen.

Pada webinar bertajuk Masa Depan Perekonomian Bali: Riset Terkini tentang Transformasi Pertanian dan Kemaritiman Pasca Pandemi, BPS Bali menjelaskan beberapa potensi sektor pertanian hingga perikanan di Bali.

1. PDRB pertanian berkontribusi terbesar kedua di Bali

Ilustrasi petani perempuan. (IDN Times/Yuko Utami)

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) pertanian dan lainnya berkontribusi besar kedua di Bali. Sektor lainnya seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan mampu menyerap lapangan kerja kedua di Bali. Ketua Tim Analisis Statistik BPS Provinsi Bali, Ni Nyoman Jegeg Puspadewi, menjelaskan secara spesifik apa saja subsektor pertanian ini.

Menurutnya, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mencakup aktivitas pada 6 subsektor yaitu subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, sampai jasa pertanian. Sehingga aktivitas yang dicakup adalah keseluruhan aktivitas mulai dari penyiapan lahan, penanaman, panen sampai pascapanen.

Pengklasifikasiannya berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) atau kegiatan utama dari pelaku usaha.

“Ada kategori kapan dinyatakan sebagai lapangan usaha pertanian, kapan sebagai lapangan usaha industri pengolahan, sampai lapangan usaha jasa lainnya,” jelasnya, pada Selasa (22/10/2024).

2. Sebanyak 69,60 persen petani bukan anggota kelompok tani

Ketut Kembar petani di Denpasar. (IDN Times Bali/Yuko Utami)

Data lain yang diungkapkan adalah sebanyak 69,60 persen petani di Bali bukan anggota kelompok tani. Terkait data itu, Jegeg tidak menanyakan lebih lanjut kepada para petani yang menjadi responden.

“Kalau dari pertanyaan, memang kami tidak menanyakan lebih lanjut terkait alasannya. Namun dugaan kami, karena kelompok-kelompok tani di Bali masih bersifat tradisional,” jelasnya. 

Ia berasumsi, hal itu mungkin terjadi karena mekanisme pendaftaran untuk anggota kelompok seperti subak abian dan subak carik tidak diperbaharui. Peralihan kepemilikan juga membuat pendaftaran anggota subak kurang aktif. Selain itu, dugaan lainnya adalah terkait dengan manfaat yang kemungkinan diperoleh oleh anggota.

“Mungkin petani tidak terlalu merasakan perbedaan manfaat ketika menjadi anggota kelompok atau tidak. Mungkin itu ya. Tapi sekali lagi, itu dugaan, bukan hasil pendataan lapangan,” lanjutnya. 

Sementara kondisi kelompok tani di Bali, berdasarkan Statistik Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Petani 2023, pada tahun 2023 tercatat sebanyak 12.981 kelompok tani di Bali. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan tahun 2019 hanya sebesar 10.842 kelompok tani. Kabupaten Gianyar menjadi wilayah dengan anggota kelompok tani terbanyak sebesar 68,21 persen. Sedangkan Kabupaten Tabanan yang dikenal sebagai Lumbung Padi Bali, memiliki anggota kelompok tani paling sedikit yaitu hanya 15,87 persen. Sedangkan sisanya sebanyak 84,13 persen petani di Tabanan bukan anggota kelompok tani. 

3. Sektor perikanan juga jadi pilihan saat pandemik

Nelayan di Pulau Rempang saat melakukan aksi penolakan investasi PSN Rempang Eco City (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Tim BPS Kota Denpasar, Anugerah Surya Pramana, mengungkapkan peralihan pekerjaan selama pandemik meningkat. Satu di antaranya ke industri perikanan  tepatnya menjadi nelayan tangkap laut.

“Data Kementerian Kelautan Republik Indonesia tahun 2021  nelayan tangkap laut bertambah pesat dan tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir mencapai angka 62.302. Peningkatan dua kali lipat sejak tahun 2019,” jelas Pramana.

Potensi Bali di sektor perikanan, menurut Pramana patut digali lagi. Sebab berdasarkan data, nilai ekspor ikan, crustacea, dan mollusca itu tertinggi. Pada tahun 2021 mencapai 26,87 persen dari total ekspor Bali.

Namun dalam perkembangannya, sektor perikanan berkembang seiring dengan pariwisata. Pramana mencontohkan adanya restoran maupun bar yang memiliki akses ke pantai.

“Penyedia makan dan minum itu diambil dari restoran atau bar yang memiliki akses pantai. Lapangan usaha atau industri maritim yang saya rasa tidak jauh dari pariwisata juga,” lanjutnya.

Kekhawatirannya, Bali masih kurang dalam mengeksplorasi diversifikasi perekonomiannya. Alhasil, selama pandemk COVID-19  Provinsi Bali sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi yang paling kecil.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ni Komang Yuko Utami
Irma Yudistirani
Ni Komang Yuko Utami
EditorNi Komang Yuko Utami
Follow Us