Pameran seni karya bersama kopi wadas di Uma Seminyak, Bali. (Instagram.com/umaseminyak)
Jejaring Solidaritas Jogja bersama 22 seniman melakukan penggalangan dana, melalui pameran seni rupa bersama kopi wadas di 6 kota. Harapannya, alokasi dana kegiatan tersebut dapat memperpanjang napas perjuangan warga Wadas di sisi ekonomi.
Kopi ini merupakan produksi penduduk asli Desa Wadas yang ditanam secara turun-menurun, tumbuh di lahan ideal untuk kopi robusta pada ketinggian 400 sampai 500 mdpl. Produksi kopi wadas telah menjadi tumpuan mata pencaharian warga setempat.
Kemasan kopi Wadas mempunyai keunikan dengan karya seni yang khas. Karya-karya tersebut dapat dibeli selama saat pameran berlangsung.
Produksi kopi dan tanaman lain sebagai sumber penghidupan warga Wadas akan hilang, jika pemerintah tetap membangun tambang di sana. Selain kopi, Desa Wadas memiliki produk-produk hasil pertanian seperti durian, kelapa, vanili, buah kepel, kemukus, padi, dan lainnya
"Wadas adalah hutan pangan. Penduduk di Wadas memproduksi kopi dari hasil taninya. Tetapi, produksi kopi akan berhenti jika pembangunan tambang tetap berjalan," jelas Bebe.
Desa Wadas terdapat 12 RT. Tujuh RT di antaranya terkena penambangan, dan satu RT terkena jalur akses penambangan. Hal ini diceritakan oleh warga Wadas, Rizki Irawan atau akrab disapa Ceki.
"12 RT itu terbelah oleh sungai. Ada 4 RT di barat sungai dan 7 RT di timur sungai. Kalau yang 7 RT ini masuk qury penambangan semu. Di situ terdapat RT Randuparang, X Gendol, Winong, Krajan, Karang, Kali Ancar Satu, Kali Ancar Dua, dan yang kena akses jalan itu RT X Mangis. Desa Wadas merupakan bukit menoreh dan di situ terdapat beberapa tanaman. Salah satu yaitu kopi. Ada banyak tanaman rempah-rempah lain," kata Ceki.