Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Perempuan Gen Alpha se-Bali Ikut Kompetisi Olahraga Tradisional Hadang

olahraga tradisional hadang
Pertandingan olahraga tradisional hadang di Lapangan Timur UPTD. Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Denpasar. (IDN Times/Yuko Utami)

Denpasar, IDN Times - “Tahan dulu, jangan maju! Cooling down (pendinginan), atur napasnya,” teriak I Putu Arya Putradana. Air mukanya tampak tegang, tapi Arya berulang kali melontarkan instruksi mengatur napas itu kepada muridnya yang tengah bertanding permainan tradisional Hadang di Lapangan Timur Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Kota Denpasar, Sabtu (5/6/2025).

Kadek Katya Trinity Winata (14) adalah satu murid yang ikut bertanding Hadang dalam agenda Jantra Tradisi Bali: Pacentokan (Lomba) Olahraga Tradisional Hadang atau Megala-Gala. Perlombaan olahraga tradisional ini adalah rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47.

Katya, begitu sapaannya, hanya melihat sejenak sang pelatih. Selama di arena lomba, Katya fokus menjaga garis. Ia bertugas menjaga garis horizontal agar pihak lawan yang berperan sebagai selodor, tidak menembus benteng pertahanan. Seperti apa keseruan permainan Hadang dan kisah Katya? Berikut selengkapnya.

1. Baru pertama kali main Hadang, langsung menang juara ketiga

permainan tradisional
Tim Hadang Kabupaten Tabanan mengatur strategi sebelum memulai pertandingan hadang di arena. (IDN Times/Yuko Utami)

Sesekali, Katya mengambil peran menjadi selodor (pemain yang menembus garis secara vertikal). Namun, kepada IDN Times, Katya mengaku lebih nyaman sebagai penjaga garis.

“Lebih nyaman jadi penjaga garis karena selodor adalah otak dari permainan Gala-Gala itu sendiri. Susah mengatur strategi,” terang gen alpha asal Kabupaten Tabanan ini.

Katya menerangkan, ada lima pemain utama dan dua orang pemain cadangan dalam timnya. Hanya tiga orang yang pernah memainkan Hadang sebelumnya. Sedangkan empat orang lainnya, termasuk Katya, adalah pendatang baru dalam permainan tradisional ini. Bahkan, ada dua rekan se-timnya yang baru dua minggu belajar Hadang.

“Ini pertandingan provinsi pertamaku, pasti nervous (grogi). Tadi ada nangis juga karena kalah di babak penyisihan,” kata Katya sembari menyapu peluh di keningnya.

Pada babak penyisihan, Tim Hadang Kabupaten Tabanan melawan Tim Hadang Kabupaten Badung. Namun, Tim Hadang Kabupaten Badung unggul dan berhasil ke babak final melawan Kabupaten Karangasem. Setelah pertandingan itu, Katya mengaku menangis dan putus asa.

“Tadi ada nangis juga karena kalah di babak penyisihan. Jadi waktu kalah tadi sebenarnya sempat sedih dan putus asa,” kata dia.

Setelah melalui serangkaian pertandingan dengan sistem gugur, Katya dan teman-temannya berhasil melaju dalam perebutan juara ketiga melawan Tim Hadang Kota Denpasar. Sempat ciut karena riuhnya suporter Kota Denpasar, Katya dan rekan setimnya merebut arena dengan skor akhir 63 poin. Sedangkan Tim Hadang Kota Denpasar harus puas di posisi keempat dengan skor 4 poin. Perbedaan skor signifikan ini menjadikan Tim Hadang Kabupaten Tabanan keluar sebagai juara ketiga.

Sedangkan dalam perebutan juara pertama dan kedua. Tim Hadang Kabupaten Badung berhasil sebagai juara pertama. Sehingga Tim Hadang Kabupaten Karangasem otomatis sebagai juara kedua.

2. Perempuan generasi alpha bertanding Hadang dengan suportif

olahraga tradisional hadang
Tim Hadang Tabanan bergerak dengan gesit saat melawan Kabupaten Jembrana menjelang semifinal. (IDN Times/Yuko Utami)

Pelatih Tim Hadang Kabupaten Tababan, I Putu Arya Putradana, mengatakan Tim Kabupaten Tabanan tidak berasal dari satu sekolah yang sama. Ada dua sekolah menengah pertama (SMP) mewakili Tabanan, yakni SMP Negeri 1 Tabanan dan SMP Negeri 2 Tabanan. Arya berkata, kolaborasi dua sekolah ini semula cukup menyulitkan dia dan tiga pelatih lainnya, terutama dalam menyesuaikan agenda setiap siswa.

Namun seiring waktu, Arya dan pelatih lainnya mampu menemukan ritme jadwal latihan yang sesuai. Kendala lainnya, berdasarkan ketentuan teknis perlombaan Hadang tahun ini, panitia tidak memperbolehkan mengirim perwakilan yang baru lulus kelas 3 SMP. 

“Ada atlet yang tidak bisa bertanding terkait juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis). Jadi Kelas 9 atau 3 SMP yang sudah graduation (perpisahan) tidak bisa ikut bertanding,” kata Arya saat ditemui IDN Times di lapangan.

Meski demikian, Arya dan guru lainnya memiliki siswi cadangan yang semua dipersiapkan untuk regenerasi. Namun, karena tak ada waktu lagi, Arya segera meminta mereka untuk bertanding. Sehingga dari total persiapan pelatihan tiga bulan, Katya termasuk siswi regenerasi dan hanya mendapatkan pelatihan selama sebulan.

3. Regenerasi pelestari permainan tradisional dan sarana mendapatkan teman

olahraga tradisional hadang
Bermain dengan suportif adalah kemenangan yang utama. (IDN Times/Yuko Utami)

Arya mengatakan, kompetisi permainan tradisional Hadang adalah cara mengembangkan potensi anak muda di bidang olahraga tradisional. Pertandingan ini juga menjadi peluang memasyarakatkan olahraga yang sempat meredup.

“Saya sebagai pelatih sangat mengapresiasi perlombaan seperti ini. Sehingga memacu potensi anak untuk berkarya di bidang olahraga khususnya,” kata Arya.

Sebagai gen alpha, Katya mengaku bangga mengikuti pertandingan ini. Ia merasa terlibat dalam upaya pelestarian olahraga tradisional di tengah gempuran canggihnya teknologi.

“Perasaan pasti senang banget karena jarang-jarang ada permainan tradisional seperti gini, karena zaman sekarang sudah modern dan teknologi sudah canggih,” ujar Katya. 

Kegembiraan Katya kian membuncah ketika mendapatkan teman dari kabupaten/kota lainnya di Bali. Terbukti pada akhir pertandingan, Katya bersalaman hangat dengan tim lawan sekaligus menjadi kawan barunya. Senyum ceria terpancar di wajahnya, tapi langit Kota Denpasar tetap mendung tak terbendung.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us