Perbedaan Olahraga Tradisional Hadang dan Megala-Gala Khas Bali

Denpasar, IDN Times - Pelaksanaan lomba olahraga tradisional di Lapangan Timur UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Kota Denpasar mengembalikan spirit karakter olahraga tradisional. Ketua Wasit Olahraga Tradisional Hadang, Basukiswara, mengatakan olahraga tradisional memupuk karakter jujur dan penghargaan atas kearifan lokal.
Menurutnya, perlombaan Hadang mampu memupuk keberanian, kejujuran, dan integritas para peserta.
“Seperti Hadang ini, bagaimana berani, jujur ini penting sekali dan integritas,” ujar Basukiswara kepada IDN Times pada Sabtu, 5 Juli 2025.
1. Menyeimbangkan aktivitas anak-anak di lapangan

Mengembalikan spirit muatan olahraga tradisional jadi satu cara menyeimbangkan aktivitas anak muda di lapangan dengan dunia digital. Basukiswara mengatakan, keterlibatan anak muda dalam olahraga tradisional diharapkan mampu mengalihkan perhatian anak muda terhadap aktivitas digital dari genggaman gawai.
“Nah, ini (olahraga tradisional) satu untuk memecah kebiasaan dia (anak muda) dengan HP (handphone atau gawai),” ujarnya.
Basukiswara mengatakan, aktivitas di luar ruangan tidak hanya diperkenalkan lewat olahraga tradisional Hadang. Ada berbagai jenis permainan tradisional yang dapat menjadi pilihan misalnya Metajog, Terompah, dan Deduplak.
2. Mengenal permainan Hadang

Pada pertandingan olahraga tradisional hadang di Lapangan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, menurut pengamatan Basukiswara tidak tepat jika disamakan dengan Megala-Gala.
“Niki (ini) sebenarnya bukan murni Megala-Gala. Ini sudah hadang nggih (ya),” kata dia.
Olahraga tradisional Hadang, sesuai namanya, si penjaga harus fokus mengadang. Ia harus mengadang lawan main yang ada di hadapannya. Jika membelakangi atau mencari lawan main di belakang, maka dinilai tidak sah.
Sementara, Megala-Gala memiliki aturan dan atmosfer yang lebih teknis. Misalnya, dalam setiap permainan harus ada iringan gamelan bali. Permainannya lebih intens karena fokus penjaga bisa dari mana saja. Basukiswara mengatakan, aturan permainan Hadang dalam Jantra Tradisi Bali bersifat semi-baku agar menyamakan persepsi setiap daerah.
3. Tidak hanya cepat, tapi penuh strategi

Setiap tim terdiri dari lima orang yang bertanding Hadang, ditambah dua orang pemain cadangan. Setiap satu pertandingan, ada tiga pergantian pemain. Pemain yang sudah digantikan sebelumnya, boleh masuk ke arena untuk bermain lagi.
Hadang tidak hanya mengandalkan kecepatan lari dari seorang selosor atau penyerang (menembus benteng lawan secara vertikal). Namun, strategi yang jitu menjadi bekal penting dalam pertandingan ini.
“Banyak sekali strateginya, menyerang itu perhatikan kuncian. Jadi setiap penyerang yang dikunci selama satu setengah menit itu terjadi pergantian. Itu harus harus ada taktiknya,” papar Basukiswara.
Penyerang harus memiliki kemampuan untuk menggiring penjaga agar menjadi satu bagian dalam satu garis. Sehingga saat garis yang lainnya mengalami kekosongan, maka penyerang lainnya dapat menembus garis, sehingga mendapatkan satu poin.