Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
27_fashion-show-ethnoglam-perpaduan-spirit-lokal-dan-gaya-kekinian-di-buleleng_2025-08-23-12-16-05.jpg
Peragaan busana endek khas Buleleng dengan topeng klasik tradisional Bali. (Dok.Pemkab Buleleng)

Buleleng, IDN Times - Kain Endek tidak hanya populer di Kota Denpasar maupun Kabupaten Klungkung. Kain Endek juga berkembang di Kabupaten Buleleng melalui peragaan busana bertema Ethnoglam menggabungkan kearifan lokal warisan tekstil Bali Utara dengan sentuhan gaya modern fungsional.

Kain Endek asli Buleleng hadir dengan topeng tradisional di atas Panggung Singa Ambara Raja saat Buleleng Festival (Bulfest) 2025. Peragaan ini menampilkan berbagai desain busana siap pakai yang diikuti 55 orang peserta sebagai model. Seperti apa keseruan peragaan busana ini? Baca selengkapnya di bawah ini.

1. Menjadikan Endek Wastra Buleleng sebagai busana siap pakai sehari-hari hingga bekerja

Salah satu motif kain endek yang cantik (Dok.Pribadi/Natalia Indah)

Peragaan busana tersebut adalah rangkaian acara Buleleng Festival (Bulfest) 2025. Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi, dan UKM Kabupaten Buleleng menggelar peragaan busana ini dengan memadukan kearifan lokal Buleleng dan sentuhan gaya kekinian fungsional. 

Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi, dan UKM Kabupaten Buleleng, Dewa Made Sudiarta, mengatakan tema Ethnoglam terpilih sebagai upaya untuk memadukan spirit budaya lokal dengan pemanfaatannya yang lebih fungsional.

“Kami tampilkan Endek Wastra Buleleng yang menggambarkan spirit lokal dengan fungsi kekinian bagi masyarakat Bali,” kata Sudiarta dalam rilisnya.

2. Kilas singkat awal mula Endek di Kabupaten Buleleng

Potret kain tenun Bali (djkn.kemenkeu.go.id)

Sejarah Kain Endek paling awal ditemukan adalah kain pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 yang berasal dari Buleleng. Menurut Hauser-Schäublin dalam buku bertajuk Balinese Textile, menuliskan bahwa masa itu Buleleng adalah Kabupaten sebagai pusat produksi tekstil yang penting dan berpengaruh.

Hause juga menuliskan, kala itu paduan artistik antara pola geometris dan pola Songket amat mendominasi di Buleleng. Warna utama Endek Songket ini awalnya adalah warna merah. Warna merah ini cenderung variatif antara merah ungu tua hingga merah bata hangat. Beberapa waktu kemudian muncul warna kuning dan hijau pada Kain Endek di Bali Utara ini.

3. Para model dalam peragaan busana adalah pegawai di lingkungan Pemkab Buleleng

ilustrasi kain kain endek (Dok.IDN Times/Istimewa)

Sudiarta mengatakan, ada 55 peserta berpartisipasi sebagai model dalam peragaan busana ini. Mereka terdiri dari 29 satuan kerja perangkat daerah (SKPD), serta 30 peserta dari BUMN, BUMD, camat, dan kepala bagian (kabag).

Para peserta tampil berpasangan dengan pimpinan SKPD masing-masing, memperagakan busana berbahan tenun Buleleng yang dipadukan dengan topeng khas daerah. Penilaian difokuskan pada keaslian bahan tenun, kreativitas desain, serta penampilan di panggung. Bagi Sudiarta, tenun khas Buleleng tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga fungsional saat mendesain dengan tepat.

“Harapannya, acara ini menggairahkan kembali semangat kerajinan tenun, meningkatkan omset pelaku UMKM, serta memperkuat kebanggaan masyarakat terhadap karya lokal,” kata dia.

4. Warga Buleleng melihat keunikan peragaan busana perpaduan Endek dengan topeng

ilustrasi topeng (unsplash.com/John Noonan)

Seorang warga Buleleng bernama Komang Damar baru pertama kali melihat peragaan busana Endek dengan topeng. Ia mengaku terkesan melihat perpaduan budaya lokal Buleleng dengan desai busana kekinian. 

“Saya terkesan bagaimana tradisi Buleleng bisa disulap jadi karya yang modern dan elegan. Topeng dan tenun yang biasanya kita lihat di upacara adat, kini tampil fashionable di panggung, “ kata Damar. 

Damar berharap, eksplorasi motif endek khas Buleleng dalam peragaan busana mampu menghidupkan kembali industri kerajinan di Buleleng. Termasuk menghadirkan ruang baru bagi pengrajin lokal untuk bersaing lebih luas.

Editorial Team