GERAK Perempuan lakukan aksi di Monas untuk memeringati hari International Women’s Day, di halaman Monas, Minggu (8/3) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)
Sistem kapitalisme dapat beradaptasi untuk mempertahankan diri walaupun di titik puncak krisis sekalipun. Ketika resistensi bermunculan, khususnya dari perempuan, sistem kapitalis berupaya untuk survive dari tuntutan-tuntutan perempuan yang sekiranya merugikan.
Misalnya, para taipan melakukan perampasan lahan di sebuah desa untuk tujuan pembangunan tambang. Negara yang dipandang sebagai alat kelas oleh Marx, tentu akan berpihak pada taipan. Di tengah penolakan eksploitasi dan monopoli lahan, investor seringkali menawarkan bantuan kepada warga, tentu tidak semua warga, untuk diberikan beasiswa bagi anak-anak, dana komisi, jabatan politik, dan kesempatan kerja di perusahaan bagi warga yang terdampak.
Tak melulu, resistensi dilawan dengan pedekatan militeristik, walaupun mayoritas penyelesaian konflik dilakukan dengan demikian, ada taktik tertentu untuk mendamaikan situasi. Jika dalam kacamata massa, bantuan taipan digolongkan sebagai sebuah kebaikan, maka kesimpulan ini keliru. Karena kerugian dari pengambilalihan sumber hidup warga sangatlah besar.
Misal, tanah yang dirampas dan beberapa warga menyetujui lantaran akan ada dana ganti rugi. Padahal, tanah bisa menghidupi manusia secara turun menurun, dari generasi ke generasi, sedangkan uang ganti rugi sifatnya tak seberapa. Kebangkitan gerakan perempuan memiliki kecenderungan politik tertentu di berbagai negara.
Buku ini juga menggambarkan bagaimana pada tahun 1980an, kelompok liberal di Australia mengalami perpecahan mengadopsi Australian Democratic. Kelompok ini sangat getol memperjuangkan keterlibatan perempuan di ranah parlementer. Namun, suaranya sunyi senyap tatkala berhadapan dengan kebijakan ekonomi negara berupa tuntutan layanan penitipan anak di saat orangtua sedang bekerja, jaminan perlindungan kesehatan dan pendidikan, dan program subsidi sosial lainnya.
Feminis sosial berupaya merekatkan kepentingan identitas perempuan sebagai individu dengan kepentingan perempuan dalam konteks pekerja maupun tani sebagai kelompok dari kelas yang nihil power. Kedua kepentingan ini tak bisa dipisahkan, harus sejalan dan beriringan. Penghapusan patriarki juga perlu diiringi dengan upaya perlawanan terhadap sistem kapitalis yang menindas.