Pengembangan Industri Animasi di Bali Terkendala Mindset

Denpasar, IDN Times - Industri animasi dianggap sebagai industri yang besar dan global. Pengembangan industri ini di Bali juga sangat maju. Hal tersebut disampaikan oleh sutradara asal Kota Denpasar, Nirartha Bas Diwangkara, bahwa menggarap film animasi tidak bisa fleksibel seperti menggarap film biasa. Namun, membutuhkan waktu yang cukup lama. Bahkan dukungan dari pemerintah tidak diidapatkan dengan maksimal untuk pengembangan industri ini sendiri.
"Kalau industri animasi di Bali sudah jalan ya. Bedanya animasi dengan film biasa itu, di animasi ini kami benar-benar cerita. Kita gak bisa ubah-ubah nanti saat waktu eksekusi. Jika diubah maka akan memperpanjang waktu dan nama, biaya juga gitu," terangnya.
1. Pembuatan animasi memerlukan waktu yang lama
Nirartha berpendapat, meskipun dia bukan animator, tetapi keinginan berkarya melalui animasi sangatlah kuat. Ia bergelut sejak 2019 lalu. Proyek animasi pertama yang ia kerjakan pada tahun 2021-2022. Saat itu ia mendapatkan dukungan pendanaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Proyek tersebut kemudian baru bisa dikerjakan pada 2025 ini.
Ditanyai mengapa rentang waktu hibah dan penyelesaian proyeknya cukup lama? Laki-laki yang akrab dipanggil Nir ini mengatakan, hal tersebut karena mereka lebih disibukkan oleh urusan laporan administrasi hibah dari pemerintah. Nir juga mengaku trauma karena hal itu. Sebab kesibukan administrasi banyak menyita waktu daripada berkarya.
"Prosesnya memang panjang. Panjang lebih ke development ceritanya. Belum ke teknis," terangnya.