Puru Luhur Batukau (IDN Times/Wira Sanjiwani)
Sebagai sumber kehidupan sekaligus menjadi sumber rejeki bagi masyarakat sekitar, Gunung Batukaru menghadapi beberapa permasalahan lingkungan mulai dari pembuangan sampah sembarangan dari para pendaki tidak bertanggung jawab sampai adanya ancaman penebangan liar.
Menangani persoalan ini, menurut Sucipto, pihaknya membatasi pendakian yang melewati jalur Batukaru.
"Untuk jalur ini kami batasi bagi pemedek yang hanya mau sembahyang saja. Untuk pendaki umum melewati jalur lain. Ini kami ambil untuk menjaga kesucian Pura," ujarnya.
Selain membatasi pendakian, teruna teruni desa adat juga rutin naik untuk membersihkan sampah yang dibuang para pendaki.
"Padahal sudah ada prasyarat bagi pendaki apa yang dibawa ke atas (terutama sampah) harus dibawa turun juga. Tetapi kesadaran ini masih kurang," jelasnya.
Dalam menjaga sumber kehidupan, selain menanam pohon, pihaknya juga melakukan pemeliharaan. Hanya saja pihaknya mengalami kesulitan karena kekurangan tenaga.
"Pohon ditanam tidak bisa dibiarkan. Setidaknya harus dirawat selama setahun. Di sini kami tidak memiliki tenaga cukup. Diharapkan pemerintah, baik pusat atau provinsi, menunjuk tenaga honorer yang khusus memantau pohon-pohon ini, seperti mantri hutan," ujar Sucipto.
Dalam menjaga pohon-pohon di hutan agar tidak ditebang sembarangan, Desa Adat Wongaya Gede menerapkan sanksi adat. Ada tiga kategori sanksi adat bagi pelaku pencurian kayu di kawasan Gunung Batukaru, yaitu:
- Dewa Danda: sanksi berupa pengadaan upacara keagamaan, dalam hal ini guru piduka
- Artha Danda: sanksi berupa pemberian sejumlah uang
- Jiwa Danda: sanksi menanam pohon sesuai dengan jumlah yang ditebang.