Ada Saluran Air di Bawah Jalan Jebol Bajera Tabanan, Ini Saran Geolog

Tabanan, IDN Times - Jalan jebol di dekat Pasar Bajera, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan lalu bukan fenomena sinkhole. Wakil Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bali, Oka Agastya, mengatakan sinkhole berkaitan dengan kondisi litologi atau batuan tanah. Sedangkan fenomena jalan jebol di Bajera akibat saluran air yang kolaps. Kepada IDN Times, Oka mengatakan jebolnya saluran air atau irigasi berakibat pada tergerusnya area jalan di atasnya.
“Nah, itu (saluran air kolaps) yang men-trigger terjadinya gerusan pada areal jalan di atasnya. Sehingga aspalnya jadi kolaps,” ujar Oka melalui sambungan telepon, pada Rabu (9/7/2025).
Lalu bagaimana Geolog menjelaskan situasi jalan jebol di Bajera Tabanan? Yuk baca selengkapnya di tautan berikut.
1. Perawatan jalur aliran air penting

Saluran air yang tak kuat menahan gerusan air yang deras secara berkala, berdampak pada lapisan tanah dan aspal di atasnya. Oka melihat, air yang masuk ke lapisan tanah akan semakin mudah menggerus fondasi maupun bangunan di atasnya.
“Karena ya tadi, kegagalan konstruksi saluran yang mengakomodir debit banjir atau debit aliran sungainya gitu,” ujarnya.
Menurut Oka, perbaikan jalan jebol dengan menimbun tanah dan bebatuan saja tidak cukup. Perawatan terhadap saluran air adalah langkah utama agar tidak jebol jika ada hantaman debit air yang lebih deras.
“Walaupun menimbun tanah yang berlubang itu dengan tanah lagi tanpa melakukan treatment (perawatan) terhadap saluran air sungainya, ya tetap saja bakal kolaps lagi. Jadi yang perlu diperkuat itu pondasi dari saluran airnya sih,” jelas Oka.
2. Perubahan iklim dan konstruksi tak sama dengan dahulu

Oka juga mengamati fenomena tersebut sebagai efek dari perubahan iklim. Curah hujan semakin tinggi, tapi konstruksi saluran air dan jalan dirancang saat kondisi iklim tak separah sekarang. Menurut Oka, saluran air saat ini hanya mampu mengakomodir kondisi banjir saat pertama kali dibangun. Itu jauh sebelum curah hujan tinggi yang saat ini sebagai satu bentuk perubahan iklim ekstrem.
Sebelum mengaitkan jebolnya jalan dengan curah hujan dan perubahan iklim, Oka merasa perlu juga untuk melihat fakta yang sebenarnya, bahwa jalan tersebut terbangun di atas aliran sungai. Sejak awal, area tersebut telah dimodifikasi agar aliran sungai dapat menjadi jalur aspal.
“Sebenarnya yang menjadi masalah karena kita membangun di aliran sungai. Gitu, kan,” ucapnya.
Idealnya, membangun jalan di atas sungai adalah dengan format jalan jembatan. Contohnya Tukad Bangkung yang ada di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Jika dibandingkan dengan kondisi jalan jebol di Bajera, aliran sungai di bawahnya tidak sederas sungai besar Tukad Bangkung. Oka mengamati, jenis sungai di jalan jebol Bajera tersebut tergolong sungai intermiten. Sungai intermiten adalah sungai yang hanya sesekali berisi aliran air, biasanya karena hujan deras.
“Ini mungkin termasuk aliran sungai intermiten ya. Sungai yang terbentuk hanya di musim-musim hujan. Nah, itu juga menjadi pertimbangannya (tidak membangun jalan jembatan,” papar Oka.
3. Mengenal tipe tanah di Bajera, yang memperbesar peluang amblas

Lalu, apa tipe tanah wilayah Bajera, Tabanan? Oka mengungkapkan, tipe tanah di wilayah Bajera termasuk dalam material rombakan. Material tersebut adalah hasil pelapukan dari formasi gunung api Jembrana. Mengutip situs resmi Pemerintah Kabupaten Jembrana, ada 17 gunung api yang sudah tidak aktif. Kata Oka, di sisi utaranya Bajera ada beberapa perbukitan yang terbentuk dari Gunung Api Purba Jembrana.
“Jadi material yang terendapkan di sekitaran lokasi Pasar Bajera itu adalah material rombakan. Kita (geolog) bilangnya sebagai aluvium,” kata dia.
Karakteristik material rombakan terdiri dari berbagai material yang saling terlepas satu sama lain. Material itu terdiri dari dominasi lempung atau lumpur, pasir, kerikil, dan bebatuan yang agak besar. Material saling lepas ini, dari sisi konstruksi punya keunggulan. Yaitu lebih mudah digali.
Meskipun demikian, ketahanan tipe tanah material rombakan tergolong ringkih. Sehingga kondisinya seiring waktu sangat bergantung pada perubahan di sekitarnya.
“Kekurangan dari sisi ketahanannya, itu tergantung lagi dengan beban yang di atasnya seperti apa,” ujar Oka.