Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi MRT Jakarta (unspalsh.com/Anisetus Palma)
Ilustrasi MRT Jakarta (unsplash.com/Anisetus Palma)

Denpasar, IDN Times - Wakil Gubernur, I Nyoman Giri Prasta, mengatakan pihaknya akan beranjak ke koordinasi dengan sejumlah pihak terkait rencana moda raya terpadu (MRT) di Bali. Ia menganggap MRT adalah alternatif lain untuk menyelesaikan kemacetan di Bali. 

“Nanti akan kita koordinasikan, itu salah satu alternatif yang bagus sekali,” kata Giri di Gedung Wiswa Sabha, pada Selasa (15/7/2025).

Rencana proyek adanya MRT di Bali ini terus mencuat sejak 2024. Pada 13 Juni 2025, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menyepakati kerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta untuk pendampingan dan pengembangan MRT di Bali. Bagaimana perkembangan setelah momen itu? Berikut informasi selengkapnya.

1. Mencoba menjalin kerja sama dengan Danantara

Wisma Danantara Indonesia (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Giri Prasta mengatakan, pihak Pemprov Bali mencoba berbagai mekanisme pendanaan negeri maupun swasta. Termasuk Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) yang mulai menjajaki soal MRT.

“Dengan adanya Danantara ini mengomunikasikan juga tentang MRT, entah siapa yang nanti akan mengambil itu keputusannya nanti business to business (bisnis ke bisnis),” ujarnya.

Ia mengatakan, keputusan penentu ini nantinya akan mengarah kepada hasil kerja sama yang sudah ada antara Pemprov Bali dengan sejumlah pihak.

2. Pemprov Bali sebelumnya telah menyepakati kerja sama pendahuluan dengan Pemprov DKI Jakarta

Pemprov Bali dan Pemprov Jakarta menyepakati perjanjian kerja sama pendahuluan untuk pengembangan dan pengelolaan MRT di Bali. (Dok.Pemprov Bali)

Sebelumnya Pemprov Bali dan Pemprov DKI Jakarta telah menandatangani perjanjian pendahuluan pada Jumat lalu, 13 Juni 2025 di Jaya Sabha, Kota Denpasar. Perjanjian awal itu tentang kerja sama jasa konsultasi dan pendampingan pembangunan prasarana sarana perkeretaapian di Provinsi Bali. Gubernur Bali, Wayan Koster, menyatakan kerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta adalah sarana untuk belajar dalam pengelolaan MRT.

“Kami senang sekali ada kerjasama dengan Jakarta, khususnya dalam persiapan pendampingan program MRT ini. Bahkan kalau perlu, Pemprov Jakarta mencarikan mitra untuk membangun Bali,” kata Koster dalam rilisnya pada 13 Juni 2025 lalu. 

Sementara Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, mengatakan pihaknya berkomitmen memberikan sarana pembelajaran dan pengembangan teknis kepada Pemprov Bali. Melalui PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta) akan mengalihkan pengetahuan dan praktik melalui lokakarya, kunjungan studi, dan pendampingan kolaboratif.

“Kami menawarkan kerjasama teknis melalui MRT Jakarta yang kita miliki yang sudah memiliki pengalaman membangun dan mengelola sistem MRT. Memiliki kapabilitas dalam aspek perencanaan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaan proyek MRT berbasis rel,” kata Rano Karno.

Rano Karno mengingatkan, pembangunan MRT tidak dapat berjalan cepat karena memerlukan waktu yang sangat panjang dengan biaya yang jauh lebih besar.

3. Pembangunan MRT akan menghubungkan Bandara Ngurah Rai dengan daerah pariwisata di Bali

Bandara Ngurah Rai. (IDN Times/Yuko Utami)

Rencana proyek MRT di Bali, kata Koster menjadi satu cara memecah masalah kemacetan di Bali. MRT ini rencananya akan menghubungkan Bandara Ngurah Rai dengan daerah pariwisata lainnya di Bali.

“Kami sangat butuh fasilitas MRT ini karena di Bali pembangunan jalan di atas tidak boleh. Kiri-kanan sudah rapat, bukan sekedar rumah biasa tapi bagunan pura dan segala macam. Jadi satu-satunya cara adalah pembangunan ke bawah,” ucap Koster.

Menurut Koster, dari aspek bisnis, MRT Bali akan menjanjikan karena target utamanya adalah wisatawan yang berlibur di Bali. Ia mengklaim proyek ini tidak memerlukan subsidi pemerintah daerah. Pihak Pemprov Bali tengah mencari investor yang siap berinvestasi dalam proyek MRT ini.

Editorial Team