ilustrasi BPJS Kesehatan (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Sementara itu, sebagai rujukan nasional untuk otak, Direktur Utama RS Pusat Otak Nasional (RS PON) Prof. DR. dr. Mahar Mardjono, Mursyid Bustami, mengungkapkan bahwa penyakit strok menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan dengan angka prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya. Penanganan penyakit ini juga membutuhkan biaya yang tinggi.
Dengan ditunjuknya RS PON sebagai koordinator dalam penanganan penyakit strok secara nasional, pihaknya melakukan kerja sama dengan rumah sakit vertikal pemerintahan untuk meningkatkan kemampuan intervensi non bedah. RSUP Prof Ngoerah dinilai sudah lengkap, baik terkait sarana, prasarana, hingga Sumber Daya Manusia (SDM). Ke depannya juga diharapkan bisa mengampu rumah sakit-rumah sakit di wilayah Balinusra.
“Kami akan melakukan pengampuan di Bali dan tentunya di provinsi tetangga, NTT, NTB," ucapnya.
Dalam mendukung keberhasilan pelayanan intervensi non bedah pada penderita strok ini, Mursyid Bustami menyampaikan saat ini masih melakukan komunikasi agar biaya pengobatannya ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
“Sejalan dengan ini, dilakukanlah perbaikan mengenai tarif-tarif untuk layanan prioritas ini. Salah satunya adalah coiling. Ini nanti juga tentunya akan ditanggung oleh BPJS. Tapi dalam proses. Kemudian juga tindakan-tindakan yang lain juga sama, karena ngak mungkin ini akan sukses kalau tarif di BPJS-nya juga tidak kita lanjuti,” ungkapnya.