Penginapan di Nusa Penida. (Dok. IDN Times/Istimewa)
Seorang pelaku pariwisata asal Nusa Penida, Ketut Merta (45), belakangan ini baru kembali bisa merasakan penginapan miliknya penuh. Sudah dua tahun penginapannya terbengkalai karena pariwisata mati, dampak dari pandemik COVID-19. Selain itu, saat ini harga penginapannya juga sudah mulai normal.
Beberapa bulan lalu, harga penginapannya sempat anjlok setengah harga karena maraknya para pelaku pariwisata yang mengobral harga kamar untuk menarik wisatawan.
"Sekarang harga kamar sudah normal. Mungkin karena wisatawan asing mulai ramai ke Nusa Penida. Pesanan kamar ada terus," ujar Ketut Merta, Jumat (21/10/2022).
Merta harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat kembali membuka penginapannya. Mulai dari mengganti barang elektronik yang rusak karena 2 tahun tidak beroperasi akibat pandemik hingga melakukan penataan kebun.
"Baru buka dan mulai bangkit, sudah ada isu resesi global 2023. Ini tentu berimbas ke pariwisata. Sederhananya kalau mereka di luar negeri tidak punya uang, bagaimana mau berwisata. Pasti mereka berusaha memenuhi kebutuhan pokok dulu. Imbasnya membali ke kami pelaku pariwisata. Apalagi saya sudah keluarkan banyak biaya untuk buka penginapan kembali," ungkap Merta.
Ia pun harus bersiap dalam kondisi terburuk. Menarik wisatawan lokal bisa menjadi solusi apabila kunjungan wisatawan asing minim. Namun menurutnya hal ini akan berpengaruh ke harga kamar.
"Situasi mungkin sedikit sama seperti pandemik. Kalau target jaring wisatawan lokal, imbasnya ke harga kamar yang lebih terjangkau," ungkapnya.
Ia mengaku tidak ada strategi khusus untuk menarik minat wisatawan lokal ke Nusa Penida. Cara yang paling efektif yakni dengan memberikan diskon harga kamar sehingga lebih terjangkau.
"Konsepnya seperti itu (diskon harga kamar) agar operasional penginapan berjalan," jelasnya.
Pemilik penginapan saat ini juga tidak mau jorjoran mengeluarkan biaya untuk operasional mereka.
"Saya juga mulai kencangkan ikat pinggang. Selagi pariwisata sekarang dalam tren cukup bagus, biaya operasional diatur sebaik mungkin dan secukupnya. Misal sementara tidak alokasikan biaya untuk penataan atau renovasi. Alokasikan untuk hal wajib saja seperti listrik dan air," jelasnya.