Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Imam Rosidin

Denpasar, IDN Times - Sekitar 17 pedagang di pantai Mertasari, Sanur, yang tergabung dalam kelompok “Nedauh Mercure” terancam tak bisa lagi berjualan. Pasalnya, pedagang yang rata-rata telah berjualan selama 15 tahun tersebut menempati aset Pemprov Bali yang telah disewakan kepada pihak ketiga.

1. Sudah terima surat peringatan

IDN Times/Imam Rosidin

Menurut I Nyoman Gede Ary Wirawan, ketua kelompok pedagang, pihaknya telah menerima Surat Peringatan Dua dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi Bali tanggal 23 Oktober 2018 lalu. Isinya, diberikan waktu tiga hari dari surat diterima untuk segera mengosongkan lahan tersebut.

"Jika tidak, kami akan diberikan SP III yang isinya akan dilakukan pembongkaran oleh Satpol PP," jelasnya, Senin (29/10) siang.

Selain itu, pihak PT Sanur Hasta Mitra juga menyurati para pedagang agar mengosongkan lahan Hak Guna Bangunan (HGB) tersebut dengan nomor 1/SHM/VIII/2018 tertanggal 14 Agustus 2018.

2. Siap membongkar jika lahan benar-benar dibangun

Para pedagang di Pantai Mertasari, Sanur. (IDN Times/Imam Rosidin)

Wirawan melanjutkan, sebenarnya pihaknya bersedia membongkar sendiri bangunannya. Asalkan, pihak yang menyewa benar-benar akan membangun hotel di tempat tersebut.

Ia menambahkan, pada tahun 2016 silam, para pedagang ini juga pernah diminta angkat kaki dari lahan tersebut. Saat itu, mereka memohon kepada Gubernur yang menjabat, Made Mangku Pastika, untuk memberikan izin berjualan sampai pihak penyewa benar-benar melakukan pembangunan.

Pastika sendiri kemudian mengabulkan permintaan para pedagang saat rapat di DPRD Provinsi Bali pada Senin, 18 Juli 2016 lalu.

"Kami memang bersedia pergi jika PT Sanur Hasta Mitra benar-benar melakukan pembangunan. Nah, ini kan belum ada tanda-tanda dibangun kami sudah disuruh pergi," katanya.

3. Tempat itu satu-satunya sumber penghidupan

IDN Times/Imam Rosidin

Wayan Sureka, pedagang yang tergabung dalam Nedauh Mercure, berharap diberikan kesempatan berjualan di tempat tersebut sampai benar-benar akan dibangun. Pasalnya, tempat tersebut merupakan satu-satunya sumber penghasilannya.

"Kami di sini ya cuma jualan ini. Tidak punya penghasilan lain," ungkapnya.

Selain itu, ia juga berharap jika memang harus pindah karena dibangun, diberikan solusi atau alternatif tempat berjualan. Sebab, ia mengaku tak punya keahlian lain. "Jika tak ada tempat jualan kami mau kerja apa," katanya.

Editorial Team