Ganjar Pranowo saat kampanye di Bali. (Pdiperjuanganbali.id)
Secara logika, kemenangan PDIP di Bali seharusnya diikuti secara linear untuk kemenangan Ganjar-Mahfud MD. Namun, kenyataannya sangat berbeda dengan apa yang terjadi pada Pemilu 2024. Berdasarkan hasil Quick Count Kawal Pemilu, Ganjar-Mahfud MD hanya memperoleh suara di bawah 37,57 persen di Bali. Sedangkan Prabowo-Gibran meraih 56,11 persen, dan Anies-Imin meraih 6,31 persen suara.
Perolehan ini tentunya jauh dari target yang diharapkan oleh eks Gubernur Bali, Wayan Koster. Pria yang juga sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Bali ini memasang target kemenangan sebesar 80 persen. Target ini harus meleset jauh dari hasil quick count saat ini.
Berbagai spekulasi muncul terkait jebloknya suara pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di kandang banteng. Ada yang mengaitkan dengan penolakan Wayan Koster dan Ganjar Pranowo terhadap pelaksanaan Piala Dunia U20 di Indonesia, karena Israel menjadi negara peserta. Alasan lain, tentunya karena faktor Jokowi yang "meninggalkan" PDIP. Sentimen publik terhadap pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, kepada Jokowi melalui beberapa video yang beredar di media sosial (medsos) juga turut diduga menjadi penyebabnya.
Apa pun hasil sidang pleno KPU nantinya, masing-masing pihak harus menghormati keputusan ini. Yang kalah harus legowo, yang menang harus bisa merangkul. Semoga, Indonesia tetap damai setelah suksesi pemimpin bangsa ini.