Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Warga di Bali Menyayangkan TMD Berhenti Beroperasi

Bus Trans Metro Dewata stop beroperasi terparkir di Terminal Ubung, Denpasar. (IDN Times/Yuko Utami)

Denpasar, IDN Times - Jero Puri, disabilitas netra low vision sejak lahir, adalah penumpang setia bus Trans Metro Dewata (TMD). Ia telah menggunakan Trans Metro Dewata (TMD) sejak 2020. Kala itu ia butuh pendekatan dengan sopir bahwa dirinya adalah disabilitas netra. Sejak saat itu, layanan TMD semakin membaik.

“Saya memilih teman bus ini karena merasa sangat nyaman dan terlindungi. Sebagai netra, saya dimudahkan. Setiap halte ada saja yang menolong. Saya berharap Teman Bus beroperasi karena teman-teman disabilitas lalu lalang menggunakan bus ini,” jelas Jero Puri saat ditemui di Terminal Ubung, Denpasar (2/1/2025).

Seperti apa kisah warga yang menyayangkan berhentinya TMD beroperasi? Berikut selengkapnya.

1. Mobilitas terhambat, pengeluaran meningkat

Jero Puri. (IDN Times/Yuko Utami)

Jero Puri mengungkapkan, teman-teman netra kerap menggunakan TMD. Ia telah menggunakan layanan di lima koridor selama empat tahun memanfaatkan transportasi umum ini. 

“Saya hampir di kelima koridor sudah pernah ya, karena saya over enerjik. Tanggal 31 saat ke Tabanan, saya masih ngobrol sama sopir. Katanya tanggal satu masih tetap arah ke Tabanan beroperasi, ternyata saya balik sudah tidak ada bus,” ujar Jero Puri.

Buntut berhentinya bus TMD beroperasi, mobilitas Puri terhambat dan berimbas pada biaya akomodasinya yang melonjak tinggi. Setiap naik TMD, ia hanya membayar Rp2 ribu dengan kartu khusus disabilitas, dan mendapatkan waktu 90 menit gratis. TMD ini memudahkan Puri saat melayani pasien pijat panggilan ke rumah. Sedangkan jika menggunakan ojek daring, tarif dari Denpasar ke Ubud, Kabupaten Gianyar, mencapai Rp65 ribu

2. Penggagas petisi mengutarakan kekecewaan

Dyah Rooslina (IDN Times/Yuko Utami)

Dyah Rooslina, sebagai warga pengguna TMD dan penggagas petisi “Lanjutkan Operasional Bus Trans Metro Dewata Sebagai Transportasi Publik di Bali”,  mengungkapkan kekecewaannya atas mendadaknya TMD berhenti beroperasi.

“Akan sangat memalukan jika Bali tidak memiliki transportasi publik. Saya prihatin dengan pendapat Kadishub bahwa bus ini tidak optimal dan warga Bali menggunakan kendaraan pribadi. Padahal banyak yang tidak punya kendaraan, teman disabilitas sangat membutuhkan, anak sekolah, dan pedagang kecil,” jelas Dyah di Terminal Ubung, Kota Denpasar, Kamis (2/1/2024).

Dyah menggunakan layanan bus TMD sejak tahun 2022. Meskipun harus naik ojek daring di sisa perjalanan, dengan tarif Rp4400 dan bus yang bersih, membuat Dyah jadi pengguna setia Trans Metro Dewata.

“Sangat-sangat nyaman, terus terang kendaraan saya sendiri lebih banyak di rumah. Saya lebih nyaman menggunakan bus transportasi ini. Sangat disayangkan ketika warga tidak menggunakan transportasi ini,” ungkap Dyah kecewa.

3. Ahli berpendapat Pemda belum berkomitmen untuk mendanai transportasi umum

Putu Hermawati (IDN Times/Yuko Utami)

Putu Hermawati, Akademisi Politeknik Negeri Bali (PNB), mengungkapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali belum berkomitmen penuh terhadap pendanaan transportasi umum di Bali. Apalagi jika dibandingkan dengan daerah lain yang telah menyatakan komitmen dan pembiayaan selanjutnya untuk trans metro.

“Pemda Bali mungkin belum ada. Sehingga tiba-tiba seperti ini, stop. Komitmen pendanaannya belum ada. Satu tahun beroperasi harusnya di-warning. Beberapa pemda sudah mengungkapkan komitmen sedangkan Pemda Bali belum,” ujar Hermawati.

Saat ditanyai mekanisme pembatasan kendaraan pribadi, Hermawati menjelaskan itu mungkin saja dilakukan jika moda dan tata kelola transportasi umum dibenahi.

“Perpindahan warga secara alami menggunakan transportasi umum mungkin saja dilakukan. Tapi ada layanan sebelum dan sesudah masyarakat naik bus seperti dengan adanya bemo,” kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ni Komang Yuko Utami
Irma Yudistirani
Ni Komang Yuko Utami
EditorNi Komang Yuko Utami
Follow Us