Terparah Tahun 2014, Nelayan di Tabanan Siaga Banjir Rob

Banjir rob hancurkan jukung nelayan

Tabanan, IDN Times - Banjir rob, fenomena alam di mana terjadi banjir di tepi pantai akibat permukaan yang lebih tinggi dari bibir pantai atau daratan di pesisir pantai.

Kabupaten Tabanan juga tak terhindar dari banjir rob. Tabanan memiliki garis pantai sepanjang 35 kilometer yang terbentang dari timur ke barat, mulai di Pantai Nyanyi, Kecamatan Kediri, sampai Pantai Selabih, Kecamatan Selemadeg Barat.

Baca Juga: Desa Antosari di Tabanan Gelar Ngaben Massal Perdana

1. Tahun lalu Tabanan tiga kali diterjang banjir rob

Terparah Tahun 2014, Nelayan di Tabanan Siaga Banjir RobJukung nelayan di pantai Yeh Gangga Tabanan (IDNTimes/Wira Sanjiwani)

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tabanan, I Ketut Arsana Yasa, mengatakan tahun ini pantai selatan Tabanan tidak terjadi banjir rob.

"Tetapi tahun lalu terjadi tiga kali," ujarnya, Sabtu (6/8/2022).

Menurutnya, banjir rob terparah pernah terjadi pada tahun 2014. Saat itu berbarengan antara gelombang tinggi, puncak bulan mati dan banjir Sungai Yeh Hoo dan Sungai Yeh Gangga.

"Akibatnya saat itu jukung nelayan di Sungai Yeh Hoo hancur dan jukung di Yeh Gangga hilang terseret arus," ujarnya.

2. Ingatkan nelayan apabila ada prakiraan gelombang tinggi

Terparah Tahun 2014, Nelayan di Tabanan Siaga Banjir RobIlustrasi gelombang tinggi (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Arsana Yasa menjelaskan bahwa terjadinya banjir rob tergantung dari tinggi gelombang dan posisi Bulan Purnama atau bulan mati. Bila pada saat H-2 sampai H+2 Bulan Purnama atau Tilem ada gelombang tinggi, maka berpotensi terjadi banjir rob. 

"Bila terpantau H-2 sampai H+2 Bulan Purnama atau Tilem ada prakiraan gelombang tinggi, saya biasanya mengimbau nelayan menjauhkan jukung dan alat tangkap dari bibir pantai dan tidak melaut karena gelombang tinggi," ujarnya.

Akibat gelombang tinggi maupun banjir rob, nelayan Tabanan tidak bisa melaut selama sebulan.

"Cuaca memang tidak bisa diprediksi. Kadang seminggu tidak bisa melaut. Paling lama ada sebulan," imbuhnya.

3. Nelayan Tabanan juga bertani

Terparah Tahun 2014, Nelayan di Tabanan Siaga Banjir RobFoto hanya ilustrasi. ANTARA FOTO/Arnas Padda

Meskipun tidak bisa melaut, namun nelayan di Tabanan rata-rata memiliki pekerjaan lain, yakni menjadi petani.

"Jadi saat mereka tidak bisa melaut, mereka bertani," kata Arsana Yasa.

Sejak Jumat (5/8/2022), nelayan di Tabanan tidak melaut karena gelombang tinggi dan angin kencang. Padahal saat ini sedang musim ikan dorang yang harganya bisa mencapai Rp160 ribu per kilogram untuk ukuran 500 gram dan Rp180 ribu per kilogram untuk ukuran 700 gram ke atas.

"Ada lobster juga meski tidak banyak," ujarnya.

Nelayan lainnya juga mengalami hal serupa. I Ketut Baret (56) memilih tidak melaut karena cuaca sedang buruk. Selama 2,5 bulan terakhir ini, ia lebih fokus menggarap sawah. 

"Benar lagi musim ikan dorang. Tapi belum bisa nangkap," ungkap I Ketut Baret. 

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya