Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pura Beji Amerta Gangga Semakin Indah, Ada Dewata Nawa Sanga

Pura Beji Amerta Gangga di Banjar Kelecung Kelod, Desa Tegalmengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Tabanan, IDN Times - Pura Beji Amerta Gangga terkenal sebagai tempat pengelukatan (pembersihan diri menggunakan media mata air), nunas tirta (memohon air suci) untuk piodalan (upacara persembahyangan Hindu), hingga dipercaya untuk pengobatan di Kabupaten Tabanan. Tepatnya di Banjar Kelecung Kelod, Desa Tegalmengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur.

Pura Beji Amerta Gangga memiliki kolam yang sumber mata airnya mengeluarkan gelembung-gelembung seperti mendidih, namun tidak panas. Makanya tempat ini dikenal juga dengan sebutan nama bulakan kembar.

Tetapi pura ini terkena abrasi karena lokasinya berada di pinggir Sungai Yeh Matahan, dan menjadi kurang tertata. Pura ini kemudian ditata kembali dan dilengkapi oleh Patung Dewata Nawa Sanga. Penggagasnya adalah Yayasan Sahaja Sawah.

1. Penataan ini dilakukan agar orang-orang fokus bersembahyang dan melukat, bukan memajang foto selfie saja di media sosial

Pura Beji Amerta Gangga di banjar Kelecung Kelod, Desa Tegalmengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Ketua Yayasan Sahaja Sawah, Ni Kadek Ariani, bersama suami, Wayan Bernard, mengatakan Pura Beji Amerta Gangga awalnya dalam kondisi kurang tertata akibat tergerus abrasi. Kondisi ini membuat pihaknya memberikan donasi untuk penataan area kawasan Pura Beji Amerta Gangga.

“Keberadaan Pura Beji ini kurang mendapat perhatian. Setelah berkomunikasi dengan penduduk sekitar, mereka setuju dilakukan penataan yang nyaman untuk kegiatan pengelukatan dilengkapi Patung Dewata Nawa Sanga,” terang Ariani, Minggu (12/12/2022).

Fokus penataan ini untuk melestarikan keberadaan beji (ngajegang atau melestarikan Pura Beji), termasuk wisata religi (pengelukatan) dan pusat kebudayaan dengan mendirikan panggung untuk pementasan seni maupun budaya.

“Harapan kami di Yayasan, kawasan suci ini hanya ditujukan untuk orang-orang yang memang ingin melakukan persembahyangan dan pengelukatan, bukan hanya selfie dan dipajang di media sosial,” ucap Bernard.

2. Ada sembilan patung setinggi 10 sampai 23 meter

Pura Beji Amerta Gangga di banjar Kelecung Kelod, Desa Tegalmengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Pura Beji Amerta Gangga kini memiliki Patung Dewata Nawa Sanga sembilan dewa (patung sembilan dewa) karya pematung asal Kabupaten Gianyar, I Nyoman Gede Budi Darmawan dan I Gede Eka Saputra, dari Ada Garuda Gallery. Gede Budi Darmawan mengerjakan patung ini sekitar 1,5 tahun dan melibatkan 25 orang seniman muda. Patungnya berbahan dasar beton.

"Tidak ada kendala berarti saat membuat patung. Hanya faktor cuaca seperti hujan lebat sempat menjadi hambatan. Namun hujan tidak berlangsung lama sehingga pengerjaan bisa dilanjutkan," kata Budi asal Banjar Pakudui, Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.  

Total ada sembilan patung yang dibuat. Delapan patung setinggi 10 meter, dan satu Patung Dewa Siwa setinggi hampir 23 meter. Selain menjadi kawasan tempat suci, keberadaan Patung Dewa Nawa Sanga ini juga nantinya menjadi ajang edukasi bagi pengunjung. Karena terdapat deskripsi keterangan di masing-masing patungnya.

Selain itu, ada juga pancuran air yang muncul dari tangan patung dan bunga teratai di kesembilan patung tersebut, sebagai lokasi pengelukatan.

3. Pura Beji Amerta Gangga cocok dijadikan sebagai tujuan wisata spiritual

Pura Beji Amerta Gangga di banjar Kelecung Kelod, Desa Tegalmengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Bendesa Adat Kelecung, I Nyoman Arjana, mengatakan pengelolaan Pura Beji Amerta Gangga diserahkan kepada desa adat yang bekerja sama dengan pihak yayasan setelah penataan. Hanya saja untuk konsep pengelolaannya, Arjana masih akan melakukan kajian dulu. Namun konsepnya nanti berharap dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di desa adat setempat.

“Sistemnya niskala untuk adat, dan di sekala untuk wisata spiritual. Dalam pengelolaannya nanti bekerja sama dengan yayasan, di mana akan dibentuk badan pengelola. Tentunya ini harus dikaji terlebih dahulu. Bisa saja nanti digelar festival seni budaya karena ada panggung budaya center. Intinya kawasan ini mendukung desa wisata di Tegalmengkeb,” jelasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
Ni Ketut Wira Sanjiwani
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us