DBD dan Chikungunya Merebak di Tabanan

Tetap waspada ya semeton

Tabanan, IDN Times - Selain Demam berdarah Denque (DBD), di Kabupaten Tabanan juga sedang merebak penyakit chikungunya. DBD maupun chikungunya sama-sama ditularkan lewat nyamuk.

Masyarakat diharapkan untuk tetap waspada, terutama dalam menjaga kebersihan lingkungan dan daya tahan tubuh.

Baca Juga: Fakta Warga Tabanan Temukan Goa di Pekarangan Rumah

1. Hingga Mei 2022 tercatat 94 kasus chikungunya

DBD dan Chikungunya Merebak di Tabananilustrasi nyamuk Aedes yang menyebarkan virus chikungunya (iaea.org)

Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan virus yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes albopictus. Hingga Mei 2022, di Tabanan tercatat 94 kasus chikungunya dengan rincian sebagai berikut:

  • Januari: 53 kasus
  • Februari: nihil
  • Maret: nihil
  • April: 1 kasus
  • Mei: 40 kasus 

Epidemiologi kesehatan ahli muda pada Seksi Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Tabanan, dr Desiana Kartifa Dewi, pada Jumat (16/11/2022), mengatakan kasus chikungunya, ditemukan tersebar di wilayah Kecamatan Kediri dan Kerambitan. Adapun ciri-ciri dari gejala sakit chikungunya adalah demam, sakit kepala, disertai gejala nyeri pada tubuh.

"Chikungunya ini akan sembuh dengan sendirinya dalam satu sampai dua minggu. Namun, tetap harus diberi pengobatan sesuai gejala yang timbul seperti  pereda nyeri dan penurun demam," ujar Desi.

2. Ada 64 kasus DBD sepanjang tahun 2022

DBD dan Chikungunya Merebak di TabananNyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopticus pembawa virus dengue. pixabay.com/Pexels

Sementara untuk kasus DBD, hingga April 2022 tercatat ada sebanyak 64 kasus, antara lain:

  • Januari: 13 kasus
  • Februari: 1 kasus
  • Maret: nihil
  • April: 50 kasus

Desi melanjutkan kasus DBD sempat mereda pada bulan Februari dan Maret, namun kemudian meningkat tajam di bulan April 2022 di mana mencapai 50 kasus. DBD penularannya dari nyamuk Aedes aigypti. 

Gejala dari DBD kurang lebih sama dengan chikungunya yaitu ada demam dan sakit kepala. Namun, DBD jika dalam kondisi parah dan tidak ditangani lebih dini, bisa menyebabkan pendarahan dan kematian.

"Namun hingga saat ini data kematian karena DBD tidak ada. Saat ini masyarakat sudah semakin sadar untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan terdekat jika ada gejala DBD maupun chikungunya," jelas Desi.

Meningkatnya kasus DBD maupun chikungunya, kata Desi, tidak lepas dari turunnya kesadaran masyarakat dalam memperhatikan kebersihan lingkungan. Di mana faktor penular kedua penyakit ini yaitu nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aigypti sama-sama berkembang biak atau hidup di genangan air atau wadah tempat air. 

3. Lakukan PSN rutin untuk mencegah penularan DBD dan chikungunya

DBD dan Chikungunya Merebak di TabananIlustrasi PSN. (Dok. Puskesmas Kutasari)

Menurut Desi dalam mengantisipasi virus yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk ini, Dinas Kesehatan Tabanan sudah melakukan fogging di daerah yang dilaporkan ada kasus DBD dan chikungunya.

Tetapi cara yang paling penting untuk pencegahannya harus dilakukan warga sendiri. Seperti membersihkan lingkungan tempat tinggal dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin setidaknya seminggu sekali.

PSN ini untuk mengurangi tempat berkembang biaknya nyamuk, baik di dalam maupun di luar ruangan. Caranya dengan mengurangi atau membuang wadah tidak perlu yang bisa menjadi tempat genangan air.  

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya