Rawat Toleransi, Generasi Z Tabanan: Posisikan Diri Jadi Orang Lain 

Indahnya bila bisa saling menghargai dan menghormati

Tabanan, IDN Times - Toleransi umat beragama di Indonesia kerap terganggung dengan adanya riak-riak negatif. Seperti adanya oknum yang membakar tempat ibadah agama lain atau melarang umat beragama lain untuk menunaikan ibadah. Karenanya, sebagai generasi Z yang menjadi generasi penerus bangsa, memupuk toleransi beragama di dalam pergaulan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang damai.

Di Kabupaten Tabanan, genezasi Z memiliki cara untuk menjaga toleransi tetap terjaga, terutama di lingkungan pertemanan mereka. Apa saja yang mereka lakukan dan bagaimana caranya menangkal hal-hal negatif yang bisa memecah belah hubungan dalam masyarakat? 

Baca Juga: Bukti Toleransi Beragama, Tabanan Rawat Tradisi Ngejot Sejak 1937 

1. Semuanya dimulai dari kesadaran diri masing-masing

Rawat Toleransi, Generasi Z Tabanan: Posisikan Diri Jadi Orang Lain Warga Kristiani di Desa Piling Penebel membawa gebokan bunga untuk menghias Gereja sebelum hari Natal. (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Memiliki teman yang berbeda agama tentu tidak membuat keharmonisan anak-anak muda di Tabanan terganggu. Begitulah menurut siswi SMAN 1 Tabanan yang juga Duta Genre Putri Provinsi Bali 2021, Ni Nyoman Ayu Respani. Menurutnya, hingga saat ini ia dan teman-temannya menjalani pertemanan dengan harmonis tanpa ada perdebatan mengenai perbedaan agama.

"Sebenarnya bagaimana menjaga toleransi itu ada, semuanya muncul dari kesadaran masing-masing. Kalau kita memiliki pemahaman kuat soal toleransi, maka meski ada yang hendak memecah belah tidak akan berhasil," ujarnya.

Menurutnya cara sederhana untuk menjaga toleransi beragama dalam pertemanan selain menghormati adalah dengan mengucapkan selamat hari raya keagamaan. "Kalau teman merayakan hari keagamaan, biasanya datang silahturahmi," ujarnya.

2. Tabanan dinilai daerah yang toleransi keagamaannya masih tinggi

Rawat Toleransi, Generasi Z Tabanan: Posisikan Diri Jadi Orang Lain Suasana gereja di Desa Piling, Penebel, Tabanan sebelum hari rata Natal (Dok.IDNTimes/istimewa)

Menurut Ayu Komang Amanda Gunawan, mahasiswi Universitas Udayana, toleransi beragama di Tabanan masih kuat. "Toleransi agama di Tabanan masih kuat. Contohnya saja, di lingkungan saya tinggal dan pertemanan saya sendiri," ujarnya.

Dalam menjaga toleransi, kata Amanda, harus bisa menghargai perbedaan. "Di dunia ini tidak ada yang sama. Kita harus bisa juga memposisikan diri sebagai orang lain. Bagaimana rasanya, misalnya, agama yang dianut tidak dihargai orang lain? Pasti rasanya tidak enak. Jadi hargailah agama orang lain seperti menghargai agama yang kita anut," ujarnya.

Ia menambahkan jika dalam lingkungan pertemanannya ada teman yang mengarah untuk merusak toleransi, maka yang terpenting dilakukan adalah mengingatkannya. "Kita harus mengingatkan mereka indahnya toleransi itu. Sebenarnya dalam menjaga toleransi tetap kembali kepada kesadaran diri masing-masing," paparnya.

3. Pelaksanaan Natal di Desa Adat Piling yang kental dengan budaya Bali

Rawat Toleransi, Generasi Z Tabanan: Posisikan Diri Jadi Orang Lain Pemasangan penjor di Gereja Desa Piling, Penebel, Tabanan (IDNTimes/Istimewa)

Bentuk toleransi beragama yang tetap dipertahankan selama puluhan tahun adalah budaya ngejot antara umat beragama di Desa Adat Piling. Di desa ini, umat Hindu dan Kristiani hidup berdampingan dengan damai. Setiap perayaan umat beragama ditandai dengan budaya ngejot seperti yang rutin dilakukan setiap hari raya Natal.

Ketua  Persekutuan Umat Katolik Desa Piling, Andreas I Made Agus Wirawan, pada Jumat (24/12/2021) menyampaikan perayaan Natal di tempatnya selalu sama setiap tahun.

"Kami gelar budaya ngejot dan sudah dilakukan pada Kamis 23 Desember 2021 kemarin. Hari ini kami lakukan kerja bakti di Gereja," ujarnya.

Ya, di mana kaki berpijak di sana langit dijunjung. Itulah pribahasa yang tepat mengenai toleransi agama di Desa Adat Piling. Dalam mendekor Gereja, umar Kristiani di Desa Adat Piling menjunjung budaya Bali mulai dari memasang penjor, gebokan, hingga umbul-umbul.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya