Potret Peringatan 75 Tahun Perang Puputan Margarana di Tabanan

Berkaca dari perjuangan pahlawan I Gusti Ngurah Rai

Tabanan, IDN Times - Bulan November kini telah berakhir. Bulan yang sarat dengan peringatan dan penghormatan terhadap para pahlawan setiap 10 November. Masyarakat Bali juga mengenang peristiwa penting setiap tanggal 20 Novembe. Yaitu ketika Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai dan pasukan Ciung Wanara gugur dalam pertempuran melawan penjajah Belanda, yang kemudian dikenal dengan peristiwa Puputan Margarana.

Apakah mengenang perjuangan mereka cukup hanya dengan peringatan yang digelar setiap tahun? Putra sulung Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai, I Gusti Ngurah Gede Yudana (79), menegaskan semangat nasionalisme dan idealisme itu seharusnya tetap tumbuh serta hidup dalam diri setiap anak bangsa. Tidak hanya dalam peringatan hari-hari tertentu saja, melainkan setiap saat, baik dalam bentuk tindakan maupun pemikiran.

Berkaca dari peringatan 75 Tahun Puputan Margarana yang bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, Sabtu (20/11/2021) lalu, Yudana menekankan dahulu para pejuang tidak mengenal hari dan sesulit apapun kondisi yang dihadapi, mereka tetap melangkah, tidak sekalipun mundur dari pergerakan. Karenanya, menurut Yudana khususnya dalam kondisi pandemik COVID-19 ini, semangat perjuangan itu tidak boleh luntur.

"Dulu masyarakat kecil yang banyak membantu para pejuang, termasuk Pak Ngurah Rai. Karenanya saya ingin agar apa yang kita lakukan di YKP (Yayasan Kebaktian Proklamasi) juga bisa bermanfaat untuk masyarakat. Bagaimana agar generasi muda juga bisa meneladani semangat nasionalisme para pahlawan," ucap Yudana.

Bagi Yudana, nilai sebuah perjuangan, baik yang terjadi pada masa lampau maupun yang diterapkan di masa kini, sangat penting artinya dan tidak bisa ditawar. Hal itu akan tercermin dalam karakter seseorang. Karenanya, nilai-nilai dalam kata puputan, tidak hanya berlaku pada masa penjajahan, melainkan seyogyanya bisa dipertahankan sampai kapan pun. Puputan dalam memperjuangkan kemanusiaan.

Sebagaimana ditulis dalam buku Puputan Margarana, Pertempuran Terdahsyat pada Masa Revolusi Fisik di Bali karya Wayan Sudarta, diuraikan bahwa puputan berasal dari kata puput (Bahasa Bali) yang artinya habis atau selesai. Dalam kaitannya dengan masa perang, puputan bearti pertempuran habis-habisan atau sampai titik darah penghabisan melawan musuh. Puputan dilakukan karena adanya dorongan atas tekad bahwa lebih baik mati di medan laga sebagai kesatria atau pahlawan daripada ditawan atau menyerah kepada musuh. Yudana memandang nilai-nilai pengorbanan inilah yang perlu ditanamkan kembali, terlebih di era serba modern ini.

Begitu pula dengan peringatan 75 Tahun Puputan Margarana kali ini, menurut Yudana semangat nasionalisme itu tidak berhenti hanya berupa perayaan maupun menjadi euforia selama bulan November. Bagian dari catatan sejarah perjuangan rakyat Bali, berikut potret peringatan 75 Tahun Puputan Margarana di Desa Marga, Kabupaten Tabanan:

1. Sebelum puncak peringatan Puputan Margarana, dilakukan upacara di sekitar candi pahlawan I Gusti Ngurah Rai

Potret Peringatan 75 Tahun Perang Puputan Margarana di TabananPuputan Margarana. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

2. Seorang pemangku (Pemuka agama) menghaturkan persembahan bebantenan yang dilakukan sebelum upacara peringatan Puputan Margarana

Potret Peringatan 75 Tahun Perang Puputan Margarana di TabananPuputan Margarana. (IDNTimes/Ni Ketut Sudiani)

3. Putra sulung dan cucu Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai melakukan persembahyangan bersama

Potret Peringatan 75 Tahun Perang Puputan Margarana di TabananPuputan Margarana. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

4. Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Bali, I Gusti Bagus Saputera, juga turut memaknai hari yang bersejarah ini

Potret Peringatan 75 Tahun Perang Puputan Margarana di TabananPuputan Margarana. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

5. Peringatan selama pandemik COVID-19, jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kali ini dilakukan dengan sangat sederhana dan terbatas

Potret Peringatan 75 Tahun Perang Puputan Margarana di TabananPuputan Margarana. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

6. Putra sulung Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai, I Gusti Ngurah Gede Yudana, memberikan penghormatan di tugu ayahnya

Potret Peringatan 75 Tahun Perang Puputan Margarana di TabananPuputan Margarana. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

7. Seorang warga juga tampak menghaturkan persembahan di pusara leluhurnya

Potret Peringatan 75 Tahun Perang Puputan Margarana di TabananPuputan Margarana. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

8. Tidak hanya dari keluarga sang pahlawan, masyarakat dan anak-anak muda Bali juga turut menaburkan bunga di pusara pahlawan I Gusti Ngurah Rai

Potret Peringatan 75 Tahun Perang Puputan Margarana di TabananPuputan Margarana. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

9. Suasana peringatan ini begitu hening dan khusyuk. Setiap pusara menyimpan sejarah dan ceritanya masing-masing

Potret Peringatan 75 Tahun Perang Puputan Margarana di TabananPuputan Margarana. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

10. Sebuah doa dan penghormatan untuk sang pahlawan yang energi dan semangatnya selalu hidup di hati masyarakat Bali

Potret Peringatan 75 Tahun Perang Puputan Margarana di TabananPuputan Margarana. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

Hari-hari boleh saja terus berlalu dan November akan segera berganti ke bulan yang lain. Namun seperti yang berulang kali ditekankan oleh Yudana, jangan pernah sedikitpun nilai-nilai idealisme itu luntur. Apalagi di era yang sudah serba mudah dan canggih ini.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani
  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya