Nasib bahasa Bali sendiri kini ada di persimpangan. Jumlahnya kian hari terus menurun, sampai ke tahap yang mengkhawatirkan dalam menuturkan bahasa Bali yang sesuai kaidah. Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Penyuluh Bahasa Bali, Nyoman Suka Ardiyasa.
Permasalahan ini, kata Ardiyasa, umumnya terjadi di kawasan perkotaan dan para generasi muda. Penyebabnya pun beragam, mulai dari dianggap tidak penting hingga tingkat kesulitannya.
"Kalau untuk di desa-desa di Bali mungkin masih sangat terjaga. Juga, para orang tua juga masih terus menuturkan bahasa Bali. Namun, yang menjadi permasalahan adalah para generasi muda ini," ungkapnya saat dihubungi, Rabu (3/10) siang.
Maka dari itu, ia mengaku senang dengan diberlakukannya Pergub tentang Bahasa dan Aksara Bali ini. Hanya saja, ia berharap Pergub ini benar-benar diterapkan dan ada evaluasinya.
Jika memang tidak jalan harus segera dicari penyebab dan jalan keluarnya. Selain itu, hal ini juga tidak hanya sekadar jadi wacana dan harus dilakukan secara berkesinambungan.
"Semua elemen, mulai dari masyarakat atau pemerintah harus dilibatkan untuk melestarikan bahasa dan akasara Bali ini," katanya.