Gianyar, IDN Times - Keterwakilan perempuan sebagai pemegang posisi krusial di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) masih rendah. Ada berbagai faktor yang membuat perempuan belum mengisi posisi pimpinan dan keanggotaan Alat Kelengkapan DPR RI (AKD). Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kurniawati Hastuti Dewi, mengatakan tantangan struktural dan budaya patriarki masih mendominasi.
“Perempuan dan politik secara modal sosial kontestasi yang dihadapi politisi perempuan tertinggal, bahkan dalam proses kandidasi perempuan yang maju langsung, ruang dinamika atau negosiasi politiknya lebih rumit,” kata Kurniawati melalui Diskusi Media bertajuk Afirmasi dan Meritokrasi Menjamin Keterwakilan Perempuan Parlemen di Pimpinan dan Keanggotaan Alat Kelengkapan DPR-RI, pada Minggu (24/8/2025).
Tantangan berlapis dihadapi oleh perempuan yang maju secara mandiri tanpa adanya politik dinasti. Politisi perempuan dari lingkaran elite partai, kata Kurniawati tidak menghadapi tantangan berlapis jika dibandingkan dengan nondinasti. Lalu, seperti apa pembahasan selengkapnya? Baca di bawah ini.