Pelukis Sukma Susiawan. (Dok.IDN Times/Istimewa)
Kurator pameran, Arief Bagus Prasetyo, mengungkapkan bahwa wujud spiritualitas dapat dilihat pada garis dan warna yang merupakan unsur inti dari lukisan Susiawan. Bidang lukisan Susiawan berselubung serat garis dan warna yang dianyam secara intuitif mengikuti gerak jiwa. Serat garis dan warna mengalun ekspresif sekaligus ritmis dan meditatif. Menjelmakan suatu dunia yang bersahaja, tapi merebakkan aura misteri dan enigma.
Susiawan tampak banyak menyerap unsur-unsur tradisi spiritual Bali ke dalam kerja seninya yang berorientasi spiritual. Seri lukisan Imaji Kanda Pat didominasi warna merah, hitam, dan putih. Tiga warna tersebut mengingatkan pada warna gelang benang Tridatu yang bermakna religius dan biasa dikenakan di pergelangan tangan kanan pemeluk agama Hindu-Bali.
Warna tersebut melambangkan Tuhan dalam tiga manifestasinya, yaitu Dewa Brahma (merah), Dewa Wisnu (hitam), dan Dewa Siwa (putih). Gelang Tridatu juga menyimbolkan tiga fase kehidupan, yaitu lahir, hidup, dan mati.
Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Vanny El Rahman)
Sementara itu, unsur visual yang juga tampil mencolok pada lukisan-lukisan Susiawan adalah pola-pola melingkar serupa pusaran arus. Pola-pola melingkar ini seperti mengisyaratkan tahap awal terbentuknya simbol sakral atau simbol mistis berbasis lingkaran yang biasa didapati dalam berbagai tradisi spiritual.
Garis-garis lengkung seakan menari kesurupan pada bidang lukisan. Ruang terasa menggeliat hidup oleh ayunan maupun hempasan gelombang-gelombang energi. Tarian garis juga sering membentuk formasi yang sayup-sayup menggemakan karakter aksara Bali.
Guratan garis kaligrafis pada lukisan Susiawan terlihat seperti prototipe tulisan suci atau tulisan mistis dalam tradisi spiritual Bali. Di Bali, aksara memiliki kedudukan penting di dunia spiritualisme. Penekun spiritualisme seperti pendeta, dan balian kerap memanfaatkan aksara untuk sarana penyembuhan, perlindungan, pemberdayaan, dan sebagainya. Pengguratan aksara untuk tujuan spiritual terdapat dalam praktik pembuatan jimat rajah maupun penerapan simbol suku kata mistis pada tubuh manusia.
“Seni rupa Susiawan merupakan bagian dari arus kontemporer yang mencari jalan baru ke terciptanya kehidupan lebih baik di tengah keresahan global akibat mimpi buruk kapitalisme, perang, wabah, perubahan iklim, dan sebagainya. Beririsan dengan pengalaman mistis, Lukisan Sukma menawarkan oasis penyembuhan di tengah gurun gering kehidupan kontemporer,” ungkapnya.