Psikiater di Klinik Utama Sudirman Medical Center (SMC) Denpasar, sekaligus Founder Rumah Berdaya, dan pegiat kesehatan jiwa di Komunitas Teman Baik, dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ mengungkapkan ODB lebih rentan terhadap perubahan lingkungan atau situasi di sekelilingnya. Termasuk pula soal menjalin hubungan. Karenanya, diperlukan pemahaman yang lebih baik, bagaimana situasi lingkungan bisa memengaruhi mood atau suasana perasaan yang ada dalam dirinya.
"Kalau tidak mampu memahami itu, tentu saja ada fluktuasi mood yang berat. Misalnya ketika awal jatuh cinta. Kemudian sulit untuk take time. Jadi inginnya tergesa-gesa. Baru kenalan, tapi sudah kemudian berpikir bahwa ini jodoh saya dan sebagainya, atau di fase manik. Nah begitu pula ketika ada perselisihan, mudah jadi kemudian mengganggu mood kita. Bisa jadi depresi," ungkapnya.
Menurutnya ODB perlu mempersiapkan untuk memahami lebih baik perubahan-perubahan dalam situasi mood-nya. Selain itu, perlu pula mengetahui bahwa relationship atau pacaran adalah proses pengenalan, bukan sesuatu yang tergesa-gesa. Termasuk juga ketika hubungan itu sudah beranjak ke jenjang yang lebih serius.
"Penting juga bagaimana pasangan mengetahui bagaimana ODB. Supaya tidak sudah serius, baru kemudian merasa terjebak, berada dalam situasi relationship bersama ODB. Banyak juga kok ketika melakukan usaha yang baik, tepat, juga dengan kasih sayang yang baik, hubungan antara ODB dengan pasangannya bisa berjalan dengan baik," ujar dr. Rai.