AJI Denpasar kampanye akhiri kekerasan perempuan. (IDN Times/Yuko Utami)
Koordinator Aksi, Ni Kadek Novi Febriani, menegaskan peringatan tanggal 22 Desember sebenarnya merupakan Hari Pergerakan Perempuan Indonesia.
"Selama ini Hari Ibu mengalami pergeseran makna. Perayaan Hari Ibu maknanya dipersempit sekadar hanya untuk urusan rumah tangga maupun domestik. Padahal marwah gerakan ini untuk memperbaiki nasib perempuan, keluar dari buta huruf dengan menuntut pendidikan. Perempuan adalah pemikir, pendidik, dan pejuang," ucap perempuan yang karib disapa Febri.
Gerakan perempuan hadir untuk mendorong tumbuhnya keadilan gender baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. Gerakan ini harus konsisten dilantangkan karena ketimpangan gender masih berjalan.
Perempuan dianggap inferior dan laki-laki superior yang menjadi faktor utama terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan kepada perempuan terus terjadi, ibarat gunung es. Masih banyak korban yang enggan melapor, dan memilih menutup diri karena dianggap aib.