Ist/Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta
Uni Lubis penasaran bagaimana kehidupan masa kecil dan kondisi Kabupaten Klungkung kala itu dari mata seorang Suwirta. Ia sempat tersenyum menanggapi pertanyaan itu. Bapak tiga anak ini berusaha mengingat masa kecilnya yang terlahir dan besar di Pulau Ceningan, yaitu pulau terkecil di wilayah Kepulauan Nusa Penida.
Pada saat itu infrastruktur di Kabupaten Klungkung, khususnya Nusa Penida, tidaklah seperti sekarang. Wilayah Nusa Penida hanya bisa dijangkau oleh perahu kecil, infrastrukturnya juga serba keterbatasan, dan pariwisata di sana sama sekali belum berkembang.
"Dulu saat saya kecil, lihat orang asing aja lari," ujarnya sembari tertawa.
Pulau Ceningan merupakan daerah kepulauan yang terpencil kala itu. Ketika masih kecil, Suwirta mencangkul, bekerja di ladang, dan memelihara sapi selayaknya masyarakat di desa. Ia juga terlahir dari keluarga dalam kondisi serba kekurangan. Suwirta bersaudara delapan orang dan lima di antaranya buta huruf. Hanya tiga orang saja yang mengenyam pendidikan. Kedua orangtua Suwirta juga buta huruf.
"Saya tanggal lahir saja tidak tahu, karena orangtua saya buta huruf. Pada masa itu akses pendidikan memang sulit, karena kami tinggal di wilayah kepulauan dan terpencil saat itu," kenang Suwirta.