ilustrasi menutup luka bakar dengan kasa (unsplash.com/Diana Polekhina)
Panas yang menerpa kulit menyebabkan korban yang mengalami luka bakar kehilangan banyak cairan, dan pembuluh darahnya menjadi melebar. Hilangnya cairan ini membuat korban menjadi syok apabila terlambat ditangani sejak awal. Syok ini jika tidak segera ditangani, dapat merambat ke gagal ginjal.
Selain kulit yang terbakar, korban luka bakar juga akan mengalami kerusakan di organ lain, umumnya di saluran pernapasan dan paru-paru.
"Biasanya jika ada kasus luka bakar, maka akan dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Selain kulit, juga diperiksa organ dalamnya terutama alat pernapasan dan saluran napas. Rata-rata karena menghirup udara panas dan asap, organ-organ ini ikut terpapar. Selain itu, jika terjadi ledakan dan serpihan, maka rentan mengenai organ dalam seperti paru, ginjal, dan hati. Apabila ditemukan hal ini, maka harus mendapatkan penanganan terlebih dahulu," jelas Gosen.
Korban luka bakar juga rentan mengalami sepsis atau infeksi. Hal ini terjadi karena barier tubuh, dalam hal ini kulit, sudah tidak ada. Sehingga kuman sangat mudah untuk masuk. Apalagi ketika luka bakar mengeluarkan cairan atau eksudat yang mendukung perkembangan kuman. Sepsis ini biasanya muncul beberapa hari setelah korban mengalami luka bakar.