Denpasar, IDN Times - Satwa liar seperti lumba-lumba sering kita temukan sebagai objek tontonan daripada hidup bebas di alamnya. Mereka biasanya dimasukkan ke dalam sebuah kolam, dan diminta melakukan atraksi dengan tujuan untuk menghibur penonton. Tapi nyatanya, pertunjukan semacam ini mendapat penolakan dari berbagai pihak.
Baru-baru ini, Balai Konservasi Sumber Daya (BKSDA) Provinsi Bali tengah melakukan analisa terhadap satu dari lima ekor lumba-lumba yang mati di sebuah hotel daerah Kabupaten Buleleng. Lumba-lumba jenis hidung botol itu diketahui mati, Sabtu (3/8) lalu sekitar pukul 09.00 Wita. Dari keterangan pihak BKSDA, lumba-lumba ini sudah ada sejak belasan tahun di hotel tersebut. Mereka dijadikan sebagai terapi untuk para pengunjung.