Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
sulinggih.jpeg
Pasamuhan Agung Sabha Kertha Hindu Dharma Nusantara (SKHDN) di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali. (IDN Times/Yuko Utami)

Denpasar, IDN Times - Laki-laki dan perempuan berbaju adat Hindu Bali telah duduk memenuhi Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali sejak pukul 09.00 Wita, Selasa (30/12/2025). Hampir seluruh peserta Pasamuhan Agung Sabha Kertha Hindu Dharma Nusantara (SKHDN) mengenakan pakaian warna putih senada dengan warna rambut mereka, yang menunjukkan usia tak lagi muda.

Sementara itu, Gubernur Bali, Wayan Koster, mengenakan udeng songket ungu dengan kain senada, menyampaikan rasa terima kasih atas peran sulinggih di Bali. Menurut Koster, doa para sulinggih untuk bumi Bali memancarkan kebahagiaan. Namun, satu sisi Koster menyebutkan bahwa kebijakan di Bali kurang berpihak kepada sulinggih.

“Tapi jujur saja selama ini kita kebijakannya kurang berpihak kepada sulinggih. Padahal yang mendoakan kita semua ini sulinggih apakah ada kebijakan khusus,” ujar Koster.

1. Koster minta agar sulinggih dapat layanan prioritas kesehatan

ilustrasi rumah sakit (pexels.com/Anna Shvets)

Adanya pertemuan ratusan sulinggih itu, Koster meminta agar mereka mendapatkan layanan prioritas kesehatan. Menurut Gubernur Bali dua periode ini, pertemuan para sulinggih jadi sarana merumuskan program untuk kesejahteraan sulinggih. 

“Sulinggih harus dilinggihang (ditempatkan secara terhormat) sebagaimana mestinya. Kadis buatkan kebijakan pada semua rumah sakit di Bali kalau ada sulinggih datang langsung ditangani. Jangan sampai ngantre,” kata Koster.

Ia menegaskan sulinggih harus diperlakukan secara hormat.

2. Keluarga sulinggih yang ingin kuliah dapat mendaftar program satu keluarga satu sarjana

Ilustrasi sarjana (freepik.com/pikisuperstar)

Koster menyebutkan, keluarga sulinggih dapat mengikuti program satu keluarga satu sarjana. Program beasiswa tersebut menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Bali. Nantinya, Koster meminta jika ada keluarga sulinggih kesulitan dengan biaya kuliah, dapat mendaftar dalam program tersebut.

“Pendidikan perguruan tinggi masuk di program satu sarjana satu keluarga dengan biaya dari APBD. Tolong dicatat jangan diajak kumpul saja, supaya ada dirasakan keberpihakan pemerintah kepada para sulinggih,” imbuhnya.

3. Fasilitas tempat berdoa untuk sulinggih di Bali

Foto hanya ilustrasi sulinggih. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Laki-laki asal Kabupaten Buleleng ini juga menambahkan agar Dinas Pemajuan Masyarakat Adat (PMA) Provinsi Bali memberikan perbaikan fasilitas sulinggih. Khususnya tempat berdoa di pagi hari.

“Pak Kadis PMA tolong Januari sulinggih di Bali yang ikut di sini berikan tempat surya sewana (ritual pemujaan pagi hari oleh sulinggih) yang bagus. Ini sebagai bakti tiang (saya) kepada sulinggih,” tegasnya.

Kepada awak media, Koster mengaku pertemuan para sulinggih ini bertujuan untuk menghormati dan memfasilitasi para sulinggih. Pertemuan itu jadi pembahasan agar sulinggih yang telah tekun berdoa sehari-hari dapat perhatian pemerintah.

“Memfasilitasi para sulinggih yang begitu tekun melakukan doa sehari hari dan memimpin upacara di Bali, sudah seharusnya sulinggih dapat perhatian serius oleh pemerintah,” kata Koster.

Editorial Team