Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250911-WA0012.jpg
Situasi di Posko Banjar Kesiman Kertalangu, Kota Denpasar, Kamis (11/9/2025). (IDN Times/Yuko Utami)

Denpasar, IDN Times - Saiman (27) tengah menggendong bayinya yang berusia 4 bulan saat ditemui di Bale Banjar Tohpati, Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kamis (11/9/2025). Bayi perempuan itu adalah anak ketiga Saiman. Sedangkan anak kedua berusia enam tahun.

Sesekali bayinya menangis. Saiman dibantu seorang konselor menenangkan bayinya. ia bercerita, banjir seukuran leher orang dewasa terjadi pada pukul 03.30 Wita pada Rabu, 10 September 2025. Ia dan suaminya berusaha memanjat setiap tembok sambil menggendong anak mereka.

“Kita panjat tembok yang bisa kita naiki sambil gendong anak. Kita pikirkan gimana cara selamatkan anak,” kata Saiman kepada IDN Times di Bale Banjar Kesiman Kertalangu yang menjadi satu Posko Bencana Banjir Kota Denpasar.

Saiman belum bercerita pada keluarga di Jawa soal kondisinya yang mengungsi. Ia berkata lirih, bahwa tak ingin membuat kedua orangtuanya khawatir. Selain Saiman, ada Wayan Catera (66) terdampak banjir. Kepada IDN Times, Catera mengatakan saat dirinya muda tidak ada banjir sebesar ini.

“Waktu saya muda ada banjir sekitar tahun 1982, tapi gak segede (sebesar) ini,” tutur Catera, Kamis (11/9/2025).

Seingat Catera, banjir separah kemarin juga pernah terjadi sekitar 2012. Pada tahun itu, banjir juga setinggi orang dewasa. Catera baru saja berusaha menyelamatkan benda-benda berharga di rumahnya yang dihuni empat orang.

Sementara, Perbekel Desa Kesiman Kertalangu, I Made Suena, mengatakan data awal pengungsi di Bale Banjar Kertalangu sebanyak 52 orang. Siang ini, jumlah pengungsi berkurang menjadi 26 orang.

“Kalau warga kami di Kesiman Kertalangu yang terdampak ada 142 orang, yang kita ajak ke posko adalah warga nonpermanen yang ngekos dan ngontrak,” kata dia.

Kebutuhan logistik seperti makanan telah terpenuhi dari dinas terkait dan warga telah memberi bantuan. Termasuk diapers maupun susu untuk bayi dan lansia telah diberikan. Sementara, anak-anak yang harus bersekolah tidak dapat ke sekolah. Suena menegaskan, pakaian sekolah dan alat tulis penting untuk diserahkan kepada korban terdampak. Ada sekitar empat anak di posko yang masih usia sekolah.

Pengungsi yang tidak sehat seperti lansia dengan penyakit stroke sudah dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya. Lelaki yang telah 16 tahun menjadi perbekel ini belum dapat memastikan hingga kapan pengungsi berada di posko.

“Kita harus melihat perkembangan selanjutnya, karena dari awal sudah berubah jumlahya. Kalau tempat tinggal mereka sudah siap dan sudah nyaman, mereka bisa jadi kembali ke sana,” kata Suena di Bale Banjar Kesiman Kertalangu.

Editorial Team