Ilustrasi nelayan tangkap ikan di Tabanan (IDN Times/Wira Sanjiwani)
Ketua Umum Shrimp Club Indonesia, Haris Muhtadi, mengakui budidaya udang sangat dinamis dan banyak tantangan yang dihadapi dari segi teknis maupun lingkungan. Ia menyebutkan, market ekspor udang yang paling mendominasi di Indonesia adalah Amerika Serikat. Sehingga, bagi Haris, guncangan yang terjadi di Amerika Serikat maupun Indonesia akan ikut memengaruhi hasil ekspor.
Persoalan itu membuatnya dan jajaran Shrimp Club Indonesia melirik konsumsi udang di Indonesia sebagai market dalam negeri. Ia menganggap ini akan menjadi strategi untuk mengurangi ekspor ke luar negeri yang penuh tantangan, seperti kondisi geopolitik dan sertifikasi yang rumit. Untuk memaksimalkan produksi budidaya udang, menurut Haris membutuhkan kompetensi dan edukasi.
Sehingga pihaknya membuat satu lokasi pusat pelatihan budidaya udang di Banjar Taman, Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Persoalan lainnya, sejumlah tambak udang juga menggerus lahan mangrove. Ini akan dipikirkan bagaimana cara menambak udang yang tidak merusak ekosistem mangrove.
"Meskipun semuanya belum ideal, kami terus memperbaiki agar bisa menjadi devisa, lapangan kerja, dan kesejahteraan pekerja,” jelasnya pada webinar yang diselenggarakan Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia.