Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bronjong tengading.jpeg
Bronjong yang dibangun untuk cegah banjir di Dusun Tengading. (Dok. istimewa)

Intinya sih...

  • Akibat terputusnya akses jalan, aktivitas warga ikut terganggu. Setiap hujan deras, aliran Sungai Betel meluap dan memutus jalur menuju TPST.

  • Persoalan banjir di Sungai Betel sebenarnya sudah lama menjadi perhatian. Namun, penanganan yang dilakukan dinilai belum menyeluruh.

  • Bronjong di Sungai Betel harus dibangun dari hulu sampai hilir

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Karangasem, IDN Times - Banjir yang kerap melanda kawasan Kecamatan Manggis, Karengasem, dinilai terjadi akibat belum meratanya pembangunan bronjong atau tanggul sungai.

Perbekel Desa Antiga, I Wayan Madra Arsana, menegaskan perlunya penanganan menyeluruh dari hulu hingga hilir untuk mengatasi persoalan tersebut. Menurutnya, sebagian besar alur Tukad Betel hingga saat ini masih belum dibentengi bronjong.

Kondisi tersebut menyebabkan air sungai mudah meluap saat debit meningkat, hingga menggerus jalan dan menggenangi permukiman warga di sekitar bantaran sungai.

“Di wilayah itu, khususnya Banjar Kaler, sungainya belum dibuat beronjong. Jadi waktu air besar pasti meluap. Pembangunan bronjong harus dari hulu sampai hilir,” ujarnya, Rabu (16/12/2026).

1. Jalan menuju TPST rentan putus saat Sungai Betel meluap

Proses penyedotan untuk surutkan banjir di Dusun Tengading, Desa Antiga. (Dok. istimewa)

Akibat terputusnya akses jalan, aktivitas warga ikut terganggu. Setiap hujan deras, aliran Sungai Betel meluap dan memutus jalur menuju TPST. Pemerintah desa pun kesulitan melakukan pembuangan sampah karena jalan menuju tempat olah sampah setempat tidak dapat dilewati.

Upaya menggunakan jalur alternatif juga tidak membuahkan hasil, lantaran harus melintasi aliran Sungai Betel.

"Jadi kami sementara kesulitan buang sampah," ungkapnya

2. Penanganan banjir di aliran Sungai Betel belum menyeluruh

Warga bergotong royong membuat geobag untuk antisipasi banjir di Desa Antiga. (IDN Times/Wayan Antara)

Madra mengungkapkan, persoalan banjir di Sungai Betel sebenarnya sudah lama menjadi perhatian. Namun, penanganan yang dilakukan dinilai belum menyeluruh. Saat ini, bronjong baru terpasang di kawasan Tengading, yang sebelumnya sempat terendam banjir cukup lama.

“Di Tengading kemarin tidak terlalu terdampak karena sudah ada bronjong. Itu membuktikan kalau bronjong efektif. Karena itu, seharusnya bronjong dibangun menyeluruh di sepanjang alur sungai. Kalau tidak ditangani dari hulu sampai hilir, banjir akan terus berulang,” tegasnya.

3. Bronjong di Sungai Betel harus dibangun dari hulu sampai hilir

Bronjong yang dibangun untuk cegah banjir di Dusun Tengading. (Dok. istimewa)

Ia berharap pemerintah dapat membangun tanggul secara terpadu mulai dari hulu Sungai Betel di Desa Gegelang, kemudian wilayah tengah Desa Antiga, hingga ke hilir di Antiga Kelod.

Berdasarkan perhitungan desa, setidaknya diperlukan pembangunan bronjong sepanjang kurang lebih 10 kilometer agar aliran sungai benar-benar aman.

“Terus terang, kalau tidak diselesaikan dari hulu ke hilir, banjir ini tidak akan tuntas. Harus dibuat bronjong sepanjang 10 kilometer,” katanya.

Editorial Team