Ilustrasi sampah di Denpasar. (IDN Times/Ayu Afria)
Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali, I Made Teja, saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Jumat (24/9/2021), menyampaikan bahwa pihaknya telah mengupayakan penanganan sampah-sampah plastik. Misalnya, evaluasi dan sosialisasi penanganan sampah plastik di pasar tradisional atau pasar desa yang belum bisa ditekan jumlahnya. Pihaknya menemui kendala karena belum sepenuhnya seluruh masyarakat bersedia mengganti kemasan plastik.
Selain itu juga, untuk penanganan sampah plastik di pura-pura di desa adat telah dikomunikasikan dengan Bendesa Adat masing-masing daerah. Terutama saat pelaksanaan upacara, pemedek (umat) disarankan mengurangi menggunakan kantong plastik.
Hingga saat ini ia mengklaim jumlah sampah plastik di Bali telah menurun, meskipun belum ke luar data pastinya. Masyarakat pun terlihat sudah banyak mengalami perubahan, terutama terkait dengan penggunaan plastik.
Ukuran perubahan ini, ia jelaskan, dari kondisi pemulung di TPA Suwung, Kota Denpasar. Dahulunya keberadaan pemulung di TPA Suwung lebih kurang ada 100 pemulung. Namun saat ini tidak lebih dari 20 orang. Menurutnya, semakin sedikitnya jumlah sampah plastik karena berdasarkan informasi yang ia terima, pemulung ini sudah kesulitan mendapatkan sampah plastik. Mereka juga sulit menemukan sampah kardus di TPA karena pengaruh hadirnya bank-bank sampah di setiap banjar yang dimodifikasi oleh lembaga-lembaga yang peduli sampah dan lingkungan. Kondisi ini, ia nilai sebagai bukti adanya penurunan jumlah sampah plastik di TPA.
“Saya belum dapatkan angkanya. Artinya kan begini, di TPA itu memang penurunan jumlah plastik. Gitu ya. Karena dari awal sudah mengurang dari sumbernya itu. Cuma angkanya, saya melihatnya dari TPA ini, belum saya bisa informasikan, biar saya nggak salah,” ungkapnya.