Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Debat UNDIP dan ITB dalam Liga Debat Mahasiswa IDN Times 2025 (IDN Times/screenshot)
Debat UNDIP dan ITB dalam Liga Debat Mahasiswa IDN Times 2025 (IDN Times/screenshot)

Intinya sih...

  • Tim Pro dari Undip sepakat bahwa perlindungan biodiversitas harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan perubahan iklim Indonesia.
  • Biodiversitas merupakan garis pertahanan pertama dan terakhir perubahan iklim, serta penyerap karbon alami yang besar.
  • Tim Kontra dari ITB menolak mosi tersebut karena dianggap tidak proporsional, tidak efisien, dan tidak menyentuh akar permasalahan emisi karbon.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

IDN Times - Liga Debat Mahasiswa IDN Times 2025 babak perempat final pertama yang berlangsung pada Selasa (27/5/2025) pagi mempertemukan mahasiswa dari Universitas Diponegoro (Undip) sebagai tim pro dan mahasiswa Institut teknologi Bandung (ITB) sebagai tim kontra.

Mosi yang diambil adalah terkait perlindungan biodiversitas harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan perubahan iklim Indonesia. Nah, bagaimana pandangan kedua tim terkait mosi tersebut?

1. Indonesia harus mengambil peran perlindungan biodiversitas

ilustrasi pelestarian lingkungan (pixabay.com/Gerd Altmann)

Dalam sesi debat yang dimoderatori oleh jurnalis IDN Times, Sri Gunawan Wibisono tersebut, Tim Pro dari Universitas Diponegoro (Undip)diantaranya Ilman Nurfathan, Herlangga Satrio Darmawan, dan Khalid Irsyad Januarsyah sepakat bahwa perlindungan biodiversitas harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan perubahan iklim Indonesia.  Hal itu mengingat Indonesia juga merupakan salah satu dari 17 negara biodiversity di dunia, sekitar 10-17 persen dari seluruh spesies di planet ini.

Menurut Ilman Nurfathan, biodiversitas ini merupakan garis pertahanan pertama dan terakhir perubahan ikilm. Perubahan iklim dan penyerapan karbon juga buka dua isu yang terpisah, keduanya justru berkaitan dalam siklus umpan balik yang kompleks. Ia menyebutkan banyak contoh perubahan iklim yang terjadi sehingga memperlemah penyerapan karbon secara alami dan berdampak pada krisis iklim itu sendiri.

"Mempertahankan dan memperkuat sistem penyerapan karbon adalah bagian tak terpisahkan dari mitigasi perubahan ikim. Hutan hujan tropis, lahan gambut, terumbu karang, hingga mangrove adalah penyerap karbon alami yang sangat besar," ungkapnya.

Selanjutnya, Herlangga Satrio Darmawan menjelaskan bahwa biodiversitas menjadi sasaran yang tepat untuk dijadikan prioritas dalam kebijakan guna menanggulangi perubahan iklim di Indonesia. Misalnya dengan menciptakan kebijakan pelestarian flora dan fauna, pembatasan aktivitas masyarakat, dan konservasi keanekaragaman hayati.

"Kami percaya bahwa efektivitas akan tercapai melalui kebijakan terkait dengan perlindungan biodiversitas yang bersifat preventif dan represif," terangnya.

2. Biodiversitas disebut sebagai manfaat tambahan kebijakan mitigasi

Ilustrasi penyu laut raksasa dari Eropa (Sci News/Nobu Tamura)

Sementara Tim Kontra tidak menyetujui mosi tersebut. Menurut mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ahza Asadel Hananda Putra mengatakan, bahwa menjadikan kebijakan utama terkait perlindungan biodiversitas di Indonesia sangat tidak proporsional, tidak efisien, dan tidk menyentuh akar permasalahan emisi karbon. Dalam konteks perubahan iklim, biodiversitas lebih sering menjadi korban daripada pelaku.

"Saat ini perlindungan biodiversitas ia ungkap juga sudah menjadi bagian dari kebijakan iklim, sehingga tidak pantas menjadi prioritas utama," terangnya

Krisna Nur Wahidin menambahkan, Indonesia juga sudah menetapkan target penurunan emisi karbon 32-43 persen pada tahun 2030. Untuk mencapai hal tersebut fokus kebijakan telah diarahkan ke sektor energi, transportasi, limbah, industri dan kehutanan.

"Biodiversitas bukan disebutkan sebagai tujuan utama melainkan manfaat tambahan dari kebijakan mitigasi dan adaptasi yang sudah ada," jelasnya.

Selanjutnya perlunya mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap masyarakat dan ekonomi. Kerugian ekonomi akibat perubahan iklim berdasarkan data Bappenas 2021 diperkirakan mencapi Rp115 triliun per tahun hingga 2024.

3. Kedua tim saling beradu argumen dengan data masing-masing

ilustrasi hutan bersalju (pexels.com/james wheeler)

Lebih lanjut Tim dari Undip, Khalid Irsyad Januarsyah menegaskan bahwa biodiversitas menjadi satu-satunya objek terdampak paling parah dalam krisis iklim. Oleh karenanya biodiversitas harus diprioritaskan dalam objek yang harus dilindungi melalui beberapa pendekatan. Sedangkan Elvin Fidela dari tim kontra mengatakan logika kebijkan harunya dimulai dari akar penyebab bukan akibatnya.

Sementara itu, panelis dalam liga debat kali ini diantaranya yaitu Prigi Arisandi sebagai pendiri Ecological Observation and Wetlands (Ecoton), Enda Grimonia sebagai Policy Analyst Manager New Energy Nexus, dan Dhana Kencana sebagai perwakilan dari IDN Times.

Dalam sesi debat kali ini tim kontra terlihat lebih sedikit menggunakan waktunya sehingga waktu tersisa masih cukup banyak. Keduanya juga disebut panelis sangat kompeten dalam menanggapi mosi tersebut. Sebelumnya pada 14 Mei 2025 lalu, Tim dari ITB berhasil menyisihkan lawannya dari Universitas Padjadjaran hingga lolos ke babak perempat final. Kemudian di hari yang sama Tim dari Institut Teknologi Sumatera harus rela tersingkirkan oleh Tim dari Universitas Diponegoro.

Editorial Team