Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kakaktua (commons.wikimedia.org/Snowmanradio)
ilustrasi kakaktua (commons.wikimedia.org/Snowmanradio)

Intinya sih...

  • Kakaktua Kecil Jambul Kuning sulit bertahan hidup di alam bebas karena minimnya pohon besar sebagai sarang, adanya predator berupa ular dan biawak, serta kompetitor seperti elang.

  • BKSDA Bali kini tengah berkoordinasi dengan seluruh UPT BKSDA di bawah lingkup Ditjen KSDAE untuk mendata keberadaan satwa tersebut di berbagai penangkaran.

  • Beberapa Kakaktua Kecil Jambul Kuning telah ditangkarkan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Denpasar, IDN Times - Benarkah populasi burung Kakaktua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea sulphurea) di Nusa Penida hanya tersisa dua ekor? Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Ratna Hendratmoko, menjelaskan bahwa hasil inventarisasi tahun 2017–2019 justru menunjukkan hanya ada satu ekor burung yang tersisa di pulau tersebut.

“Berdasarkan hasil survei BKSDA Bali pada tahun 2014, ditemukan dua ekor burung Kakaktua Kecil Jambul Kuning. Namun sekarang hanya tersisa satu ekor, sebagaimana tercantum dalam Surat Kepala Balai KSDA Bali Nomor S.812/BKSDA.BI-1/PTSL/12/2019 tanggal 19 Desember 2019,” terangnya.

Menurut Ratna, berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN), status burung Kakaktua Kecil Jambul Kuning sudah masuk kategori kritis (critically endangered) dan terdaftar dalam Appendix I CITES.

1. Kakaktua Kecil Jambul Kuning sulit bertahan hidup di alam bebas

pemandangan pantai nusa penida (pexels.com/Mikhail Nilov)

Ratna menjelaskan, pada tahun 2015, Balai KSDA Bali bersama Friends of Nature, People, and Forest (FNPF) melepasliarkan 2 ekor atau sepasang Kakaktua Kecil Jambul Kuning di Nusa Penida. Burung yang dilepasliarkan tersebut diperoleh dari hasil penangkaran PT Anak Burung Tropikana (ABT).

Namun, faktor minimnya pohon besar sebagai sarang, adanya predator berupa ular dan biawak, serta kompetitor seperti elang, membuat satwa ini akhirnya sulit bertahan hidup. Pada sekitar tahun 2017-2019, burung ini hanya terlihat satu ekor.

"Hingga pada sekitar tahun 2020 sudah tidak terlihat," tuturnya.

2. BKSDA Bali sedang melakukan upaya pendataan Kakaktua Kecil Jambul Kuning

ilustrasi telur burung (unsplash.com/Brice Curry)

Terkait upaya peningkatan populasi burung Kakaktua Kecil Jambul Kuning, Balai KSDA Bali kini tengah berkoordinasi dengan seluruh UPT BKSDA di bawah lingkup Ditjen KSDAE untuk mendata keberadaan satwa tersebut di berbagai penangkaran. Setelah pendataan selesai dan individu burung teridentifikasi, BKSDA Bali berencana meminta agar satwa itu ditranslokasikan ke Bali untuk dilakukan pengembangbiakan secara intensif.

“Hasil dari pengembangbiakan satwa tersebut nantinya akan dilakukan restocking ke alam,” jelas Ratna.

3. Beberapa Kakaktua Kecil Jambul Kuning telah ditangkarkan

Kakatua jambul kuning (commons.wikimedia.org/Ashleigh Thompson)

Lebih lanjut, Ratna menjelaskan bahwa saat ini terdapat 18 ekor Kakaktua Kecil Jambul Kuning di salah satu penangkaran di Bali. Selain itu, satu ekor lainnya sedang menjalani proses rehabilitasi di Yayasan Pecinta Alam dan Kemanusiaan.

Dalam waktu dekat, BKSDA Bali juga berencana melakukan pelepasliaran empat ekor atau dua pasang Kakaktua Kecil Jambul Kuning. Proses ini akan diawali dengan tahap habituasi di Nusa Penida untuk memastikan burung dapat beradaptasi dengan lingkungan alaminya.

"Akan dijadwalkan pada akhir November 2025," ungkapnya.

Editorial Team