Indonesia Timur Kekurangan Dokter Spesialis Syaraf

Badung, IDN Times - Pemerintah Indonesia memiki pekerjaan rumah atau PR yang besar terkait dengan pemerataan dokter spesialis syaraf di seluruh wilayah nusantara. Ketua Umum Perdosni, Dr dr Dodik Tugasworo, mengatakan jumlah dokter spesialis neurologi di Indonesia hingga saat ini sebanyak 2830 orang. Namun jumlah ini diakuinya tidak mencukupi untuk negara sebesar Indonesia.
"Ini mesti kita kejar, dan kami melakukan ini dengan percepatan baik dengan menambah center-center pendidikan. Sekarang sudah ada 19 center pendidikan di Indonesia. Selain itu setiap enam bulan kita bisa memproduksi banyak sekali," terangnya.
1. Wilayah Indonesia Timur kekurangan neurolog

Menurut Ketua Umum Perdosni, Dr dr Dodik Tugasworo, mengatakan sebaran neurolog di Bali saat ini sudah sangat cukup. Justru di wilayah Indonesia Timur masih banyak kekurangan dokter spesialis syaraf. Misalnya di Papua dengan enam provinsi, tercatat hanya ada 22 orang dokter spesialis syaraf.
Kondisi tersebut menjadi PR bagi Perdosni untuk meratakan sebaran neurolog. Selain Papua, sebaran tidak merata juga terdata di Maluku dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal ini karena letak demografis Indonesia yang terlalu lebar, serta fasilitas prasarana dan sarana untuk neurolog belum mencukupi.
"Kalau Bali termasuk yang cukup untuk sebaran dokter syaraf ya. Neurologi di Bali saya rasa sudah cukup," katanya.
2. Sebaran dokter syaraf berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat

Lalu di tingkat ASEAN, anggota Perdosni juga berkiprah sebagai inisiator dan promotor neurointervensi vaskular, yaitu bidang ilmu neurologi yang menekankan pentingnya penanganan stroke secepat dan setepat mungkin. Indonesia menjadi contoh yang baik bagi penambahan jumlah ahli neurointervensi, sebagai ujung tombak penanganan stroke di Asia Tenggara.
"Diharapkan dengan banyaknya spesialis neurologi tersebar di seluruh Indonesia, semakin banyak masyarakat tertolong dan angkat kecacaran dan kematian akibat stroke dapat ditekan," ungkapnya.
Perdosni juga meningkatkan fellowship dengan bantuan Kementerian Kesehatan ke China untuk intervensi, yang kini jumlahnya mencapai 100 orang lebih.
3. Dokter syaraf Indonesia dikenal gigih dalam belajar

Presiden ASNA, Prof Dr Kheng Seang Lim, mengatakan dokter Indonesia menurutnya terkenal gigih, rajin dalam belajar dan mengamalkan ilmunya. Satu di antaranya anggota Perdosni, Dr Dede Gunawan, yang mendapat penghargaan tertinggi karena dinilai sangat berjasa bagi pengembangan ASNA.
“Saya mengapresiasi dokter spesialis neurologi di Indonesia dalam sumbangsih perkembangan neurologi di Asia Tenggara," terangnya.
Untuk diketahui, Perdosni adalah Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia, bersama ASNA (ASEAN Neurological Association) menyelenggarakan ASNA Conference 2025 di Bali. Perdosni sebagai sebuah organisasi profesi dokter spesialis saraf di Indonesia siap membantu program pemerintah ini dengan menyebarkan anggota-anggotanya ke seluruh pelosok Indonesia.