Pujawali Pura Sakenan di Serangan Dihadiri Puluhan Ribu Umat Hindu

Ada yang datang dari luar Bali juga lho

Denpasar, IDN Times - Puluhan ribu pamedek umat Hindu berpakaian adat Bali berduyun-duyun mendatangi Pura Sakenan, di Pulau Serangan, Denpasar Selatan, Sabtu (5/1) sejak pagi.

Umat Hindu dari seluruh Bali ini melakukan persembahyangan pujawali di pura tersebut yang bertepatan dengan hari raya Kuningan.

1. Diperkirakan yang datang mencapai 15 ribu

Pujawali Pura Sakenan di Serangan Dihadiri Puluhan Ribu Umat HinduIDN Times/Irma Yudistirani

Wayan Leder, Ketua Panitia Lokal dari Desa Serangan, mengatakan diperkirakan yang datang mencapai 15 ribu pamedek yang berasal dari seluruh Bali. Momen ini terjadi setiap enam bulan sekali atau 210 hari saat Hari Raya Kuningan.

"Ya, sekitar 15 ribu umat Hindu datang ke sini kalau dipantau dari perkiraan kami," katanya.

2. Ada yang datang dari luar Bali juga

Pujawali Pura Sakenan di Serangan Dihadiri Puluhan Ribu Umat HinduIDN Times/Irma Yudistirani

Persembahyangan di Pura Sakenan ini dihadiri pula oleh umat Hindu dari luar Bali. Biasanya mereka dari Jawa yang kebetulan sedang berada di Bali. Jadi ikut melakukan persembahyangan di Pura Sakenan.

Untuk persiapannya sendiri, panitia menyiapkan pos kesehatan. Hal ini untuk mengantisipasi pamedek yang merasa sakit atau merasa kelelahan.

"Ini ada petugas kesehatan yang dari Puskesmas Denpasar Selatan," ujarnya.

Selain itu pihaknya juga bekerja sama dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Denpasar. Dari DKP menyiapkan personel untuk membantu membersihkan sampah di sekitaran Pura.

Ia menjelaskan, ramainya pamedek ini sudah terjadi sejak kemarin. Ini akan terus terjadi hingga besok pagi, dan berangsur turun hingga selesai pada 8 Januari mendatang.

3. Apa sih Kuningan itu?

Pujawali Pura Sakenan di Serangan Dihadiri Puluhan Ribu Umat HinduIDN Times/Irma Yudistirani

Lantas apa makna Kuningan sendiri? Berikut penjelasan dari Wakil Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Pinandita Ketut Pasek Swastika.

Ia menjelaskan, Kuningan pada hakikatnya adalah rentetan dari Galungan. Dalam Lontar Sundarigama dijelaskan, umat Hindu yang hendak menghaturkan sesaji dilakukan pada pagi hari. Juga diimbau menghindari lewat pada tengah hari.

"Hal ini karena diyakini bahwa pada tengah hari para Dewata dan Dewa Pitara kembali ke alamnya masing-masing setelah turun ke Bumi," jelasnya.

Kendati demikian, ia tak melarang bagi umat Hindu yang melakukan persembahyangan pada sore atau malamnya. Desa (Tempat), Kala (waktu) dan Tattwa (Hakikat) tetap menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaannya.

Makna Kuningan sendiri adalah untuk menempa jati diri secara rohani dalam rangka memenangkan dharma (Kebaikan) terhadap adharma (Kejahatan). Namun tak semata ritual belaka tapi benar-benar dilakukan dengan perbuatan dengan melenyapkan kekotoran pikiran.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya