Astaga, Terumbu Karang di Indonesia yang Masih Bagus Tinggal 10 Persen

Bukan hanya ikan, kehidupan manusia bisa terancam nih

Denpasar, IDN Times - Terumbu karang memiliki segudang manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Masalahnya, hampir 50 persen kondisi terumbu karang di Indonesia dalam kondisi rusak.

1. Terumbu karang menjadi tempat bagi 2500 jenis mamalia dan ikan

Astaga, Terumbu Karang di Indonesia yang Masih Bagus Tinggal 10 PersenInstagram/carlos_xavierm

Baca Juga: 55 Ribu Hektar Terumbu Karang di Bali Bakal Dikonservasi Tahun 2020

Menurut Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Dr Suseno Sukoyono, terumbu karang menjadi tempat bagi 2500 jenis mamalia dan ikan. Jika rusak, maka mamalia tersebut bisa terancam punah dan mengancam ketersediaan pangan bagi manusia.

"Kita harus mengatur ini agar tidak rusak. Begitu merusak terumbu karang ikan tidak punya rumah, selesai," terangnya.

Sukoyono menambahkan, terumbu karang merupakan bagian dari rantai makanan bagi manusia. Misalnya, plankton akan dimakan ikan kecil, ikan kecil dimakan ikan besar hingga sampai pada manusia. Jika rumah tempat ikan-ikan tersebut rusak, maka selesailah rantai makanan ikan bagi manusia.

2. Terumbu karang rusak, maka lingkungan juga rusak

Astaga, Terumbu Karang di Indonesia yang Masih Bagus Tinggal 10 Persentravel.padi.com

Selain itu, terumbu karang juga bermanfaat bagi ekologi laut. Ekologi merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Artinya, saat terumbu karang rusak, maka lingkungan juga rusak.

Ia mencontohkan air hujan, yang pada dasarnya berasal dari laut. Jika, terumbu karang mati, maka air laut akan menjadi asam. Hal tersebut tentu berakibat pada kualitas air hujan yang sangat dibutuhkan manusia.

"Jadi, terumbu karang harus dikelola sebaik-baiknya. Penjaga ekosistem itu tidak boleh rusak. Jika lautnya asam karena terumbu karang rusak, maka sangat berbahaya bagi kehidupan manusia," tambahnya.

3. Hanya 10 persen kondisi terumbu karang dalam keadaan sangat baik

Astaga, Terumbu Karang di Indonesia yang Masih Bagus Tinggal 10 Persenvmed.info

Suseno mengatakan, secara nasional, kondisi terumbu karang dalam keadaan memprihatinkan. Menurutnya, kurang lebih 50 persen terumbu karang dalam kondisi rusak. Sementara yang dalam kondisi sangat baik hanya 10 persen.

"Terumbu karang secara keseluruhan ukurannya adalah sangat jelek, jelek, cukup, baik, dan sangat baik," katanya.

Penyebab utama kerusakan terumbu karang ini, kata Suknyono, adalah faktor manusia dan perubahan iklim. Untuk faktor manusia, penyebabnya bisa melalui pengeboman ikan, jangkar kapal, dan polusi atau sampah yang berasal dari daratan.

Dalam jurnal Pengaruh Perubahan iklim Terhadap Terumbu Karang: Antara Dampak dan Perannya dalam Siklus Karbon yang diterbitkan pada 2016, menyebutkan perubahan iklim menyebabkan kerusakan terumbu karang, yang sering dikenal sebagai pemutihan karang (Coral bleaching).

Proses tersebut menyebabkan koloni karang menjadi putih, baik sebagian ataupun seluruh koloni. Hal ini memengaruhi karang baik secara ekologi, biologi, maupun fisiologi. Kejadian ini telah terjadi sejak tahun 1870. Namun, semakin meluas secara global pada tahun 1998, 2002, 2015, 2007 hingga 2010.

Peristiwa ini hampir terjadi di seluruh belahan dunia yang meliputi wilayah laut di Karibia, Jamaika, Brasil, Kolombia, Venezuela, Maladewa, Indonesia, India, Sri Lanka, Burma, Thailand, Singapura, Malaysia, dan di berbagai bagian Afrika Timur.

Maka dari itu penting untuk menyadarkan dan memberi pemahaman kepada masyarakat terkait kesehatan ekosistem terumbu karang. "Mengelola terumbu karang adalah mengelola manusia," jelasnya.

Maka dari itu, dalam Our Ocean Conference 2018 di Nusa Dua, terumbu karang menjadi pembahasan yang penting. Dalam acara tersebut, seluruh negara peserta akan diajak untuk menandatangani kesepakatan dalam menjaga terumbu karang.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya