Berkunjung ke Tuka, Gereja Katolik Pertama di Bali

Umatnya berpakaian adat hingga gunakan gamelan

Denpasar, IDN Times - Ada yang berbeda saat IDN Times mengunjungi Gereja Katolik Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka, Dalung, Kuta Utara, Badung, Senin (24/12) sore. Sebagian jemaat yang hadir nampak mengenakan pakaian adat Bali saat melaksanakan peribadatan malam Misa Natal.

Tak hanya itu, desain interior dan eksterior juga khas bangunan Bali lengkap dengan ornamennya.

1. Tuka adalah Bethlehem of Bali

Berkunjung ke Tuka, Gereja Katolik Pertama di BaliIDN Times/Imam Rosidin

Ketua 1 Dewan Pastoral Paroki Gereja Tritunggal Mahakudus Tuka, I Gusti Ngurah Dharmadi, menceritakan ini merupakan gereja pertama kali yang dibangun di Bali. Peletakan batu pertamanya terjadi pada 12 Juli 1936 silam. Pembangunannya selesai pada 14 Februari 1937. Gereja ini lantas dijuluki sebagai The Bethlehem of Bali oleh sastrawan Bali, I Gusti Panji Pisna.

Desa Tuka sendiri merupakan lokasi awal mula penyebaran Katolik di Bali. Berawal dari pertemuan I Made Bronong Panta Regi dan I Wayan Geblog Pahroza sekitar tahun 1935. Dua warga asli Banjar Tuka ini bertemu dengan Pastor Curseon SVB di sebuah rumah di Jalan Kepundung, Denpasar.

Baca Juga: Watak Orang yang Lahir Selasa Wage Dungulan, Dekat Galungan Nih!

2. Dari Tuka menyebar ke Bali

Berkunjung ke Tuka, Gereja Katolik Pertama di BaliIDN Times/Imam Rosidin

Dari dua orang tersebut, umat Katolik di Tuka berkembang menjadi 12 orang. Setelah itu terus berkembang dan kini telah berjumlah lebih dari 55 kepala keluarga yang totalnya mencapai 2 ribu orang. Bahkan kemudian menyebar ke tempat lain seperti Desa Babakan dan Kulibul di Badung, hingga ke Desa Palasari di wilayah Kabupaten Jembrana.

"Awalnya hanya di Tuka kemudian berkembang ke Babakan, Kulibul, hingga Palasari. Itulah kantong-kantong umat Bali yang menjadi Katolik. Tuka ini adalah tempat bermulanya orang Bali yang beragama Katolik untuk menjadi pengikut Kristus," kisahnya.

3. Mereka menggunakan pakaian adat, lagu berbahasa Bali, dan alat musik gamelan

Berkunjung ke Tuka, Gereja Katolik Pertama di BaliFacebook.com/pg/gerejakatolik

Meski memeluk Katolik, tak membuat warga Tuka melupakan adat dan budayanya. Semuanya masih dipertahankan dari awal hingga kini. Kamu bisa melihatnya sendiri dari pakaian adat yang dikenakan saat peribadatan, lagu berbahasa Bali, alat musik gamelan, dan ornamen khas Bali.

"Kami yang orang Bali tak bisa melepaskan dari budaya adat kami sebagai orang Bali. Dari tahun ke tahun kami selalu memakai kebiasaan kami sebagai orang Bali," ucapnya.

Baca Juga: Menguak Pro Kontra: Muslim Mengucapkan Natal Otomatis Kafir?

4. Berharap generasi muda tak melupakan tradisi ini

Berkunjung ke Tuka, Gereja Katolik Pertama di BaliFacebook.com/gerejakatolik

Umat Katolik Tuka berusaha agar generasi selanjutnya tidak meninggalkan kekhasan ini. Caranya melalui sarana pendidikan anak-anak untuk menjaga tradisi budaya. Bentuknya berupa sanggar tari dan tabuh.

"Para anak-anak ini tampil luar biasa saat pembaptisan. Antusiasme juga sangat luar biasa," katanya.

5. Sama seperti Galungan, umat di Tuka juga ada penampahan Natal

Berkunjung ke Tuka, Gereja Katolik Pertama di BaliIlustrasi penampahan. (Instagram.com/darma_ariyana)

Hal unik lainnya adalah menjelang Natal, warga di Tuka juga memotong babi sama seperti yang dilakukan umat Hindu menjelang Galungan. Hal ini ia sebut sebagai penampahan Natal. Setelah itu dimasak dan dibagikan kepada tetangga.

"Kebiasaan adat Bali, kami mengingatkan dan mengajak bahwa kita sebagai orang Bali tetap menjaga dan mempertahankan adat Bali seperti menyama braya. Kami juga memotong babi jelang Natal, istilahnya penampahan Natal," terangnya.

Ia juga menceritakan akan membangun gereja yang baru. Desain arsitekturnya akan memadukan gaya Bali denga zaman abad pertengahan di Roma. Pada bagian atas altar akan dibuat mahkota berbentuk kuba. Di depannya akan ada kori Agung menghadap ke barat.

"Bagian utama memang selalu ada timur. Gereja ini nanti tata ruang dan seni ukirnya bernuansa Bali," ungkapnya.

6. Berharap umat bisa meneladani kerendahan hati Yesus

Berkunjung ke Tuka, Gereja Katolik Pertama di BaliIDN Times/Imam Rosidin

Sementara itu, tema perayaan Natal yang diambil adalah Yesus Hikmat Bagi Kita. Sr M Xaverine, Penanggung Jawab Biara, mengatakan maknanya hikmat adalah sebuah kebijaksanaan dan Tuhan Yesus menjadi panutannya. Selain itu, hikmat juga berarti suci dan sakral.

"Tak hanya perkataan tapi juga perbuatan. Hikmat ini dari Allah yang kudus dan penuh suka cita. Ini adalah tema perayaan Natal kali ini," jelasnya.

Ia menambahkan, umat harus bersuka cita dengan kelahiran Yesus yang membawa kekudusan, perdamaian, dan kerendahan hati. Jadi ia ingin umat bisa meneladani kerendahan hati Yesus.

Ia juga berpesan terkait bencana alam yang terjadi di Indonesia baru-baru ini. Ia ikut prihatin dengan bencana tersebut. Namun semuanya terjadi karena memang alam yang sifatnya tak bisa diprediksi.

"Untuk itu umat manusia harus bersahabat, menjaga dan memelihara alam. Jadi dengan perayaan Natal ini, kami turut merasakan duka para korban bencana," terangnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya